Kamis, 03 Mei 2012

FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNAGN



a)      Konsumsi dan Tabungan
Konsumsi adalah bagian dari pendapatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Adapun fungsi konsumsi adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara tingkat konsumsi dengan besar pendapatan.
Konsumsi adalah kegiatan menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan atau sebuah aktivitas guna menghabiskan atau mengurangi nilai guna suatu barang. Contoh kegiatan mengkonsumsi sepiring nasi (habis pakai), maka pengertian konsumsi adalah sebuah aktivitas guna “menghabiskan” nilai guna suatu barang. Contoh memakai baju, sepatu atau tas berarti melakukan kegiatan mengkonsumsi barang yang tidak habis dalam sekali pakai.
Kenyataan sehari-hari di masyarakat, didapat suatu pola bahwa pada masyarakat yang tingkat pendapatannya masih rendah maka tingkat konsumsinya-pun terbatas. Pada masyarakat yang tingkat pendapatannya semakin tinggi maka konsumsinya-pun meningkat. Oleh karena itu, jika konsumsi dikaitkan dengan tingkat pendapatan, di dapat pola hubungan semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi tingkat konsumsi seseorang. Dari hubungan ini dapat disimpulkan bahwa konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan siap pakai (disposable income). Sedangkan pendapatan siap pakai adalah pendapatan setelah dikurangi pajak penghasilan.
Konsumsi rumah tangga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dan faktor terpenting adalah pendapatan diposibel atau pendapatan yang dapat dibelanjakan. Konsumsi rumah tangga memiliki hubungan yang erat dengan pendapatan yang dapat dibelanjakan. Rumah tangga dapat melakukan konsumsi karena memiliki pendapatan yang dapat dibelanjakkan. Jika penndapatan yang dapat dibelanjakan meningkat, konsumsi juga meningkat.
Tabel Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan:

Pendapatan Disposibel ()

Pengeluaran Konsumsi (C)
Tabungan (S)
0
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
7.000.000
8.000.000
9.000.000
10.000.000
1.250.000
2.000.000
2.750.000
3.500.000
4.250.000
5.000.000
5.750.000
6.500.000
7.250.000
8.000.000
8.750.000
-1.250.000
-1.000.000
-750.000
-500.000
-250.000
0
250.000
500.000
750.000
1.000.000
1.250.000

Tabel di atas dapat dijelaskan sebaagai berikut:
1.      Saat pendapatan rendah atau sama sekali tidak memiliki pendapatan, rumah tangga akan mengambil tabungan. Misalnya saat pendapatan sama dengan nol, konsumsi sebesar 1.250.000. Hal ini berarti rumah tangga mengunakan harta atau tabungan yang ditabung di masa lalu. Hal ini akan terus terjadi dengan jumlah yang semakin kecil sampai saat jumlah pendapatan sama denngan pengeluaran konsumsi, yaitu saat pendapatan 5 juta dan pengeluaran 5 juta. Saat ini tabungan tidak lagi digunakan karena jumlah pendapatan telah sama dengan pengeluaran.
2.      Saat pendapatan naik, konsumsi juga naik jumlahnya. Namun demikian, kenaikan pendapatan biasanya lebih besar daripada kenaikan konsumsi. Misalnya saat pendapatan naik dari 6 juta ke 7 juta, konsumsi hanya naik 750ribu. Sisa pendapatan yang tidak dibelanjakan ini akan ditabung.
3.      Saat pendapatan tinggi, rumah tangga akan menabung semakin banyak hal ini disebabkan jumlah kenaikan pendapatan selalu lebih besar daripada kenaikan konsumsi sehingga jumlah tabungan dapat ditingkatkan.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa memang terdapat hubungan yang erat antara pendapatan disposibel dengan konsumsi dan tabungan Y = C + S. alam perekonomian satu sector dilihat dari RTK saja, maka hubungan pendapatan, konsumsi dan tabungan adalah:
      Y = C + S
sedangkan dalam perekonomian dua sektor, yaitu RTK dan RTP maka hubungan pendapatan, konsumsi dan investasi adalah:
      Y = C + I
Untuk memahami hubungannya perlu mengetahui kecenderungan mengonsumsi dan kecenderungan menabung.
1.      Kecenderungan Mengonsumsi (Propensity to Consume)
Kecenderungan ini dibedakan menjadi kecenderungan mengonsumsi marginal dan kecenderungan mengonsumsi rata-rata. Kecenderungan mengonsumsi marginal atau marginal propensity to consume (MPC) adalah perbandingan antara pertambahan konsumsi () yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposibel (). MPC dapat dirumuskan sebagai berikut:


Kecenderungan mengonsumsi rata-rata atau average propensity to consume (APC) adalah perbandingan antara tingkat konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposibel saat konsumsi itu dilakukan (Yd). APC dapat dirumuskan:
 







Pendapatan Disposibel ()

Pengeluaran Konsumsi (C)
MPC
APC
6.000.000

7.000.000

8.000.000

9.000.000

10.000.000
5.750.000

6.500.000

7.250.000

8.000.000

8.750.000

0,75

0,75

0,75

0,75
0,958

0,928

0,906

0,889

0,875
Pada tabel di atas perhitungan MPC dan APC-nya sebagai berikut:
Dimisalkan pendapatan disposibel selalu bertambah sebanyak 1.000.000. hal ini menyebabkan bertambahnya konsumsi dengan jumlah yang juga tetap, yaitu sebesar 750.000. MPC yang dihasilkan adalah sebesar 0,75 yang diperoleh dari:
MPC = 750.000/1.000.000
         = 0,75
Dari tabel di atas dapat juga diketahui besarnya APC. APC yang dihasilkan makin menurun, yang berarti kecenderungan mengonsumsi rata-rata terus menurun seiring dengan bertambahnya pendapatan disposibel.
Jika kenaikan pendapatan tetap, tetapi kenaikan konsumsi jumlahnya menurun. Perhitungannya sebagai berikut:

MARGINAL PROPENSITY TO CONSUME MAKIN KECIL
Pedapatan Disposibel ()

Pengeluaran Konsumsi (C)
MPC
APC
6.000.000

7.000.000

8.000.000

9.000.000
7.000.000

7.750.000

8.250.000

8.500.000

0,75

0,5

0,25

1,167

1,107

1,031

0,944
Angka APC menunjukkan kecenderungan yang menurun. Bila jumlah konsumsi lebih besar dari pendapatan disposibel, angka APC lebih besar daripada satu. Namun, bila konsumsi telah menurun angka APC juga akan menurun.
2.      Kecenderungan Menabung (Propensity to Save)
Kecenderungan menabung juga dibedakan menjadi kecenderungan menabung marginal atau marginal propensity to save (MPS) dan kecenderungan menabung rata-rata atau average propensity to save (APS). Kecenderungan menabung marginal adalah perbandingan antara pertambahan tabungan () dengan pertambahan pendapatan disposibel (). Nilai MPS dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

Kecenderungan menabung rata-rata atau average propensity to save (APS) adalah perbandingan antara jumlah tabungan dengan jumlah pendapatan dipsosibel. Nilai APS dapat ditentukan denggan rusmus sebagai berikut:

Pendapatan Disposibel ()

Jumlah Tabungan (S)
MPS
APS
6.000.000

7.000.000

8.000.000

9.000.000

10.000.000
250.000

500.000

750.000

1.000.000

1.250.000

0,25

0,25

0,25

0,25
0,042

0,071

0,094

0,111

0,125
Dari tabel di atas dapat kita simpulkan bahwa kecenderungan menabung marginal tetap sebesar 0,25, tetapi kecenderungan menabung rata-rata terus meningkat. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa semakin tinggi pendapatan disposibel, kecenderungan menabung rata-rata juga meningkat.

MPS DAN APS DENGAN JUMLAH TABUNGAN MENINGKAT
Pendapatan Disposibel ()
Jumlah Tabungan (S)
MPS
APS
6.000.000

7.000.000

8.000.000

9.000.000
250.000

750.000

1.500.000

2.500.000

0,5

0,75

1
0,042

0,107

0,188

0,278
Angka APS menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Hal ini disebabkan oleh jumlah tabungan yang dilakukan juga meningkat. Jadi jika seseorang makin besar pendapatnya, tabungan rata-ratanya juuga akan meningkat.
3.      Hubungan antara Kecenderungan Mengonsumsi dengan Kecenderungan Menabung
Bila dijumlahkan MPC dengan MPS akan menghasilkan nilai 1. Bila APC ditambah dengan APS jumlahnya juga sama dengan 1.
Contohnya:
MPC
MPS
MPC+MPS
APC
APS
APC+APS
6.000.000

7.000.000

8.000.000

9.000.000

10.000.000

0,75

0,75

0,75

0,75

0,25

0,25

0,25

0,25

1

1

1

1
0,958

0,928

0,906

0,889

0,875
0,042

0,071

0,094

0,111

0,125

1

1

1

1
Dirumuskan:
MPC + MPS = 1
APC + APS = 1

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi:
Besarnya konsumsi konsumen tidak hanya dipengaruhi oleh pendapatan. Pendapatan memang mempunyai peranan penting dalam teori konsumsi dan sangat menentukan tingkat konsumsi. Akan tetapi, sebenarnya ada faktor-faktor lain yang ikut menentukan besarnya konsumsi masyarakat tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah:
a.       Selera
Selera konsumen sangat mempengaruhi jenis dan jumlah barang/jasa yang dikonsumsi. Apabila selera konsumen naik terhadap suatu barang, maka konsumen cenderung membeli lebih banyak atas barang itu. Sebaliknya, jika seleranya menurun maka jumlah barang yang dibeli juga berkurang. Di hari raya banyak orang membeli makanan yang istimewa daripada di hari-hari biasa, ini karea selera mereka meningkat.
b.      Tingkat Harga
Naiknya tingkat harga menurunkan daya beli masyarakat. Pada saat harga bensin per liter Rp 4.500,00 uang Rp 10.000,00 dapat untuk membeli bensin 2 liter, akan tetapi naiknya harga bensin menjadi Rp 6.500,00 hanya dapat untuk membeli 1,5 liter. Oleh karena nilai konsumsi riil masyarakat merupakan fungsi dari pendapatan riil masyarakat, maka naiknya pendapatan nominal yang disertai dengan naiknya tingkat harga dengan proporsi yang sama tidak akan meningkatkan konsumsi riil masyarakat. Sekalipun tingkat pendapatan masyarakat tetap (tidak naik), tetapi kalau harga-harga barang turun mka konsumsi riil masyarakat menjadi lebih tinggi. Penyebabnya adalah naiknya pendapatan riil.
c.       Faktor Sosial Ekonomi
Tingkat pendidikan, pekerjaan, dan usia juga turut mempengaruhi tingkat konsumsi. Pada umumnya orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi mempunyai pola konsumsi yang lebih tinggi pula. Demikian juga pekerjaan dan usia konsumen turut menentukan jenis dan jumlah barang yang dikonsumsinya. Kebutuhan masyarakat pantai berbeda dengan kebutuhan masyarakat pegunungan, kebutuhan masyarakat kota berbeda dengan masyarakat desa, kebutuhan wanita berbeda dengan kebutuhan pria, dst.
d.      Kekayaan
Orang kaya cenderung mudah untuk memperoleh pendapatan. Dengan modal yang dimiliki, mereka mudah mencari uang. Modal tersebut dapat dimanfaatkan untuk melakukan produksi maupun untuk dibelikan surat-surat berharga sehingga memperoleh pendapatan. Dengan berbekal pendapatan yang lebih tinggi maka pola konsumsi mereka lebih tinggi daripada orang yang lebih rendah kekayaannya, sehingga mampu membeli barang-barang yang harganya sangat mahal.
e.       Tingkat Bunga
Ada perbedaan pendapat antara ahli-ahli ekonomi klasik dengan ahli-ahli ekonomi sesudahnya. Ahli-ahli ekonomi klasik berpendapat bahwa jika tingkat bunga naik, masyarakat tertarik untuk lebih banyak menabung. Karena dengan menabung dapat memperoleh pendapatan bunga yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan kegiatan lain. Akibatnya, anggaran untuk konsumsi dikurangi. Dengan demikian, terdapat hubungan yang negatif antara tingkat bunga dan besarnya konsumsi.
Akan tetapi para ahli ekonomi sesudah klasik berpendapat sebaliknya. Naiknya tingkat bunga justru meningkatkan konsumsi. Mereka mengajukan alasan bahwa naiknya tingkat bunga dapat meningkatkan pendapatan konsumen tabungan di bank menghasilkan bunga sehingga meningkatkan pendapatan. Selanjutnya, pendapatan yang meningkat tersebut dapat meningkatkan konsumsi
b)      Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan
Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan hubungan antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam suatu perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposible) perekonomian tersebut.
            Fungsi tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan hubungan antara tabungan rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional perekonomian tersebut.
Berikut gambar kurva Fungsi Konsumsi:








                                                                Y = C

 C                                                                      C = a + bY

                                               dC
C1                                                                  
                                 dY
                                            
                                    
 O                   Y*                           Y

Sumbu horizontal menunjukkan tingkat pendapatan nasional (Y) dan sumbu vertikal menunjukkan tingkat konsumsi (C). Garis  dari titik asal (0) merupakan garis pertolongan yang menunjukkan bahwa pada setiap titik, pada garis tersebut tingkat pendapatan nasional selalu sama dengan tingkat konsumsi (Y = C). Jika fungsi konsumsi dan fungsi tabungan ditulis dalam notasi fungsi, bentuknya adalah sebagai berikut:
Rounded Rectangle: C = f(Y) atau S = f(Y), artinya tingkat konsumsi ditentukan oleh tingkat pendapatan dan tingkat tabungan juga ditentukan oleh tingkat pendapatan nasional
 






Bentuk dari fungsi konsumsi jika ditulis dalam persamaan linear adalah:
Rounded Rectangle: C = a+ bY
 



Keterangan:
C = Tingkat Konsumsi Masyarakat
a  = Besarnya konsumsi pada saat pendapatan nasional sebesar nol
b  = Hasrat mengkonsumsi marjinal
Y = Pendapatan Masyarakat
Berdasarkan persamaan tersebut, konsumsi merupakan fungsi dari tingkat pendapatan nasional. Terdapat hubungan positif antara tingkat konsumsi dan tingkat pendapatan nasional. Pada tingkat pendapatan nasional (Y) sebesar 0 (nol), tingkat konsumsi sebesar nilai intercept (a) yaitu nilai konsumsi minimum yang harus dipenuhi walau tidak memiliki pendapatan.
Ini terjadi karena penduduk harus tetap hidup. Kemudian peningkatan konsumsi kurang sebanding dengan peningkatan pendapatan nasional, yaitu sebesar hasrat mengkonsumsi marginal (b). Hasrat mengkonsumsi marginal disebut juga marginal propensity to consume (MPC) yaitu perbandingan antara jumlah konsumsi dengan besarnya perubahan jumlah  (dC/dY) pendapatan nasional. Besarnya hasrat mengkonsumsi marginal ini berkisar antara nol hingga satu (0 < MPC < 1).
Pendapatan nasional setelah dikurangi dengan konsumsi (C), sisanya disimpan dalam bentuk tabungan (S). Hal ini berarti bahwa tabungan bergantung pada besarnya tingkat pendapatan nasional. Dengan kata lain, tabungan merupakan fungsi dari pendapatan nasional. Fungsi tabungan dapat diturunkan sebagai berikut:
 

                                 

Dari persamaan tersebut dapat diturunkan sebagai berikut:
Rounded Rectangle: Y= a + bY + S, sehingga S = Y - a – bY
 



  atau
Rounded Rectangle: S = -a + (1 - b) Y
 




Persamaan  S = -a + (1 - b) Y merupakan fungsi tabungan, dengan –a sebagai intersepnya dan (1-b) sebagai lereng yang disebut sebagai hasrat untuk menabung marginal (MPS). Fungsi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

C
                                                   Y = C              C = a + bY
                                 
                                                                    

                                
C1                                                               S = -a + (1 - b) Y
                                 
                                            
 O
                                                                                                       Y
-a


 




Intersep (-a) kita gambarkan pada sumbu vertikal di bawah titik asal (0). Bila pendapatan sama dengan konsumsi, berarti jumlah tabungan sama dengan nol, berarti pada saat itu, garis tabungan harus memotong sumbu horizontal (Y). Jadi, dengan menghubungkan titik –a dengan titik Y didapatkan kurva fungsi tabungan. Seperti telah dikemukakan bahwa dalam keadaan tidak ada perusahaan, tidak ada pemerintah, dan tidak ada sector luar negeri, pendapatan nasional keseimbangan (equilibrium) dicapai pada saat konsumsi sama dengan pendapatan nasional, dan tabungan sama dengan nol.
Contoh soal:
Apabila diketahui sebuah fungsi konsumsi C = 500 + 0,8Y maka kita akan dapat menghitung berapakah besarnya tingkat konsumsi dan pendapatan nasional dalam keseimbangan (national income equilibrium)?
Jawab:
Dalam keadaan keseimbangan, berarti tingkat konsumsi sama besarnya dengan  pendapatan nasional.
Y         = C; nilai C kita subtitusikan sehingga
Y         = 500 + 0,8Y
0,2Y    = 500
Y         = 2500
Nilai pendapatan nasional sebesar 2500 dalam keseimbangan. Selanjutnya, besarnya tingkat konsumsi dapat dicari dengan memasukkan nilai pendapatan nasional tersebut ke dalam fungsi konsumsi.
C          = 500 + 0,8 (2500)
C          = 2500
Dengan demikian, tingkat pendapatan nasional sama tingginya dengan tingkat konsumsi, yaitu sebesar 2500 satuan. Bila keadaan tersebut digambarkan akan tampak seperti pada gambar kurva di bawah ini:
                                                                Y = C

 C                                                                      C = 500 + 0,8Y

                                              
                  2500                                                    
                    500                                
                                            
                                     
 O                 2500                        Y
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar