a)
Konsumsi dan Tabungan
Konsumsi adalah bagian dari pendapatan yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Adapun fungsi konsumsi adalah fungsi yang
menunjukkan hubungan antara tingkat konsumsi dengan besar pendapatan.
Konsumsi adalah kegiatan menggunakan barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhan atau sebuah aktivitas guna menghabiskan atau
mengurangi nilai guna suatu barang. Contoh kegiatan mengkonsumsi sepiring nasi
(habis pakai), maka pengertian konsumsi adalah sebuah aktivitas guna
“menghabiskan” nilai guna suatu barang. Contoh memakai baju, sepatu atau tas
berarti melakukan kegiatan mengkonsumsi barang yang tidak habis dalam sekali
pakai.
Kenyataan sehari-hari di masyarakat, didapat suatu
pola bahwa pada masyarakat yang tingkat pendapatannya masih rendah maka tingkat
konsumsinya-pun terbatas. Pada masyarakat yang tingkat pendapatannya semakin
tinggi maka konsumsinya-pun meningkat. Oleh karena itu, jika konsumsi
dikaitkan dengan tingkat pendapatan, di dapat pola hubungan semakin tinggi
tingkat pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi tingkat konsumsi
seseorang. Dari hubungan ini dapat disimpulkan bahwa konsumsi merupakan fungsi
dari pendapatan siap pakai (disposable income). Sedangkan pendapatan
siap pakai adalah pendapatan setelah dikurangi pajak penghasilan.
Konsumsi rumah tangga dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor dan faktor terpenting adalah pendapatan diposibel atau
pendapatan yang dapat dibelanjakan. Konsumsi rumah tangga memiliki hubungan
yang erat dengan pendapatan yang dapat dibelanjakan. Rumah tangga dapat melakukan
konsumsi karena memiliki pendapatan yang dapat dibelanjakkan. Jika penndapatan
yang dapat dibelanjakan meningkat, konsumsi juga meningkat.
Tabel Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan:
Pendapatan Disposibel (
![]() |
Pengeluaran Konsumsi (C)
|
Tabungan (S)
|
0
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
7.000.000
8.000.000
9.000.000
10.000.000
|
1.250.000
2.000.000
2.750.000
3.500.000
4.250.000
5.000.000
5.750.000
6.500.000
7.250.000
8.000.000
8.750.000
|
-1.250.000
-1.000.000
-750.000
-500.000
-250.000
0
250.000
500.000
750.000
1.000.000
1.250.000
|
Tabel di atas dapat dijelaskan sebaagai berikut:
1.
Saat
pendapatan rendah atau sama sekali tidak memiliki pendapatan, rumah tangga akan
mengambil tabungan. Misalnya saat pendapatan sama dengan nol, konsumsi sebesar
1.250.000. Hal ini berarti rumah tangga mengunakan harta atau tabungan yang
ditabung di masa lalu. Hal ini akan terus terjadi dengan jumlah yang semakin
kecil sampai saat jumlah pendapatan sama denngan pengeluaran konsumsi, yaitu
saat pendapatan 5 juta dan pengeluaran 5 juta. Saat ini tabungan tidak lagi
digunakan karena jumlah pendapatan telah sama dengan pengeluaran.
2.
Saat
pendapatan naik, konsumsi juga naik jumlahnya. Namun demikian, kenaikan
pendapatan biasanya lebih besar daripada kenaikan konsumsi. Misalnya saat
pendapatan naik dari 6 juta ke 7 juta, konsumsi hanya naik 750ribu. Sisa pendapatan
yang tidak dibelanjakan ini akan ditabung.
3.
Saat
pendapatan tinggi, rumah tangga akan menabung semakin banyak hal ini disebabkan
jumlah kenaikan pendapatan selalu lebih besar daripada kenaikan konsumsi
sehingga jumlah tabungan dapat ditingkatkan.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
memang terdapat hubungan yang erat antara pendapatan disposibel dengan konsumsi
dan tabungan Y = C + S. alam perekonomian satu sector dilihat dari RTK saja,
maka hubungan pendapatan, konsumsi dan tabungan adalah:
Y = C +
S
sedangkan dalam perekonomian dua sektor, yaitu RTK
dan RTP maka hubungan pendapatan, konsumsi dan investasi adalah:
Y = C +
I
Untuk memahami hubungannya perlu mengetahui
kecenderungan mengonsumsi dan kecenderungan menabung.
1.
Kecenderungan
Mengonsumsi (Propensity to Consume)
Kecenderungan ini dibedakan menjadi kecenderungan
mengonsumsi marginal dan kecenderungan mengonsumsi rata-rata. Kecenderungan
mengonsumsi marginal atau marginal
propensity to consume (MPC) adalah perbandingan antara pertambahan konsumsi
(
) yang
dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposibel (
). MPC
dapat dirumuskan sebagai berikut:



Kecenderungan mengonsumsi rata-rata atau average propensity to consume (APC) adalah perbandingan antara
tingkat konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposibel saat konsumsi itu
dilakukan (Yd). APC dapat dirumuskan:

Pendapatan Disposibel (
![]() |
Pengeluaran Konsumsi (C)
|
MPC
|
APC
|
6.000.000
7.000.000
8.000.000
9.000.000
10.000.000
|
![]()
6.500.000
7.250.000
8.000.000
8.750.000
|
0,75
0,75
0,75
0,75
|
0,958
0,928
0,906
0,889
0,875
|
Pada tabel di atas perhitungan MPC dan APC-nya
sebagai berikut:
Dimisalkan pendapatan disposibel selalu bertambah
sebanyak 1.000.000. hal ini menyebabkan bertambahnya konsumsi dengan jumlah
yang juga tetap, yaitu sebesar 750.000. MPC yang dihasilkan adalah sebesar 0,75
yang diperoleh dari:
MPC = 750.000/1.000.000
=
0,75
Dari tabel di atas dapat juga diketahui besarnya
APC. APC yang dihasilkan makin menurun, yang berarti kecenderungan mengonsumsi
rata-rata terus menurun seiring dengan bertambahnya pendapatan disposibel.
Jika kenaikan pendapatan tetap, tetapi kenaikan konsumsi
jumlahnya menurun. Perhitungannya sebagai berikut:
MARGINAL PROPENSITY TO CONSUME MAKIN KECIL
Pedapatan Disposibel (
![]() |
Pengeluaran Konsumsi (C)
|
MPC
|
APC
|
6.000.000
7.000.000
8.000.000
9.000.000
|
![]()
7.750.000
8.250.000
8.500.000
|
0,75
0,5
0,25
|
1,167
1,107
1,031
0,944
|
Angka APC menunjukkan kecenderungan yang menurun.
Bila jumlah konsumsi lebih besar dari pendapatan disposibel, angka APC lebih
besar daripada satu. Namun, bila konsumsi telah menurun angka APC juga akan
menurun.
2.
Kecenderungan
Menabung (Propensity to Save)
Kecenderungan menabung juga dibedakan menjadi
kecenderungan menabung marginal atau marginal
propensity to save (MPS) dan kecenderungan menabung rata-rata atau average propensity to save (APS).
Kecenderungan menabung marginal adalah perbandingan antara pertambahan tabungan
(
)
dengan pertambahan pendapatan disposibel (
).
Nilai MPS dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:



Kecenderungan menabung rata-rata atau average propensity to save (APS) adalah
perbandingan antara jumlah tabungan dengan jumlah pendapatan dipsosibel. Nilai
APS dapat ditentukan denggan rusmus sebagai berikut:

Pendapatan
Disposibel (
![]() |
Jumlah Tabungan (S)
|
MPS
|
APS
|
6.000.000
7.000.000
8.000.000
9.000.000
10.000.000
|
![]()
500.000
750.000
1.000.000
1.250.000
|
0,25
0,25
0,25
0,25
|
0,042
0,071
0,094
0,111
0,125
|
Dari tabel di atas dapat kita simpulkan bahwa
kecenderungan menabung marginal tetap sebesar 0,25, tetapi kecenderungan
menabung rata-rata terus meningkat. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa semakin
tinggi pendapatan disposibel, kecenderungan menabung rata-rata juga meningkat.
MPS DAN APS DENGAN JUMLAH TABUNGAN MENINGKAT
Pendapatan
Disposibel (
![]() |
Jumlah Tabungan (S)
|
MPS
|
APS
|
6.000.000
7.000.000
8.000.000
9.000.000
|
![]()
750.000
1.500.000
2.500.000
|
0,5
0,75
1
|
0,042
0,107
0,188
0,278
|
Angka APS menunjukkan kecenderungan yang meningkat.
Hal ini disebabkan oleh jumlah tabungan yang dilakukan juga meningkat. Jadi
jika seseorang makin besar pendapatnya, tabungan rata-ratanya juuga akan
meningkat.
3.
Hubungan
antara Kecenderungan Mengonsumsi dengan Kecenderungan Menabung
Bila dijumlahkan MPC dengan MPS akan menghasilkan
nilai 1. Bila APC ditambah dengan APS jumlahnya juga sama dengan 1.
Contohnya:
![]() |
MPC
|
MPS
|
MPC+MPS
|
APC
|
APS
|
APC+APS
|
6.000.000
7.000.000
8.000.000
9.000.000
10.000.000
|
0,75
0,75
0,75
0,75
|
0,25
0,25
0,25
0,25
|
1
1
1
1
|
0,958
0,928
0,906
0,889
0,875
|
0,042
0,071
0,094
0,111
0,125
|
1
1
1
1
|
Dirumuskan:
MPC + MPS = 1
APC + APS = 1
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi:
Besarnya konsumsi konsumen tidak hanya dipengaruhi
oleh pendapatan. Pendapatan memang mempunyai peranan penting dalam teori
konsumsi dan sangat menentukan tingkat konsumsi. Akan tetapi, sebenarnya ada
faktor-faktor lain yang ikut menentukan besarnya konsumsi masyarakat tersebut.
Faktor-faktor tersebut adalah:
a.
Selera
Selera konsumen sangat mempengaruhi jenis dan
jumlah barang/jasa yang dikonsumsi. Apabila selera konsumen naik terhadap suatu
barang, maka konsumen cenderung membeli lebih banyak atas barang itu.
Sebaliknya, jika seleranya menurun maka jumlah barang yang dibeli juga
berkurang. Di hari raya banyak orang membeli makanan yang istimewa daripada di
hari-hari biasa, ini karea selera mereka meningkat.
b.
Tingkat Harga
Naiknya tingkat harga menurunkan daya beli
masyarakat. Pada saat harga bensin per liter Rp 4.500,00 uang Rp 10.000,00
dapat untuk membeli bensin 2 liter, akan tetapi naiknya harga bensin menjadi Rp
6.500,00 hanya dapat untuk membeli 1,5 liter. Oleh karena nilai konsumsi riil
masyarakat merupakan fungsi dari pendapatan riil masyarakat, maka naiknya
pendapatan nominal yang disertai dengan naiknya tingkat harga dengan proporsi
yang sama tidak akan meningkatkan konsumsi riil masyarakat. Sekalipun tingkat
pendapatan masyarakat tetap (tidak naik), tetapi kalau harga-harga barang turun
mka konsumsi riil masyarakat menjadi lebih tinggi. Penyebabnya adalah naiknya
pendapatan riil.
c.
Faktor Sosial
Ekonomi
Tingkat pendidikan, pekerjaan, dan usia juga turut
mempengaruhi tingkat konsumsi. Pada umumnya orang yang mempunyai tingkat
pendidikan yang lebih tinggi mempunyai pola konsumsi yang lebih tinggi pula.
Demikian juga pekerjaan dan usia konsumen turut menentukan jenis dan jumlah
barang yang dikonsumsinya. Kebutuhan masyarakat pantai berbeda dengan kebutuhan
masyarakat pegunungan, kebutuhan masyarakat kota berbeda dengan masyarakat
desa, kebutuhan wanita berbeda dengan kebutuhan pria, dst.
d.
Kekayaan
Orang kaya cenderung mudah untuk memperoleh
pendapatan. Dengan modal yang dimiliki, mereka mudah mencari uang. Modal
tersebut dapat dimanfaatkan untuk melakukan produksi maupun untuk dibelikan
surat-surat berharga sehingga memperoleh pendapatan. Dengan berbekal pendapatan
yang lebih tinggi maka pola konsumsi mereka lebih tinggi daripada orang yang
lebih rendah kekayaannya, sehingga mampu membeli barang-barang yang harganya
sangat mahal.
e.
Tingkat Bunga
Ada perbedaan pendapat antara ahli-ahli ekonomi
klasik dengan ahli-ahli ekonomi sesudahnya. Ahli-ahli ekonomi klasik
berpendapat bahwa jika tingkat bunga naik, masyarakat tertarik untuk lebih
banyak menabung. Karena dengan menabung dapat memperoleh pendapatan bunga yang
relatif tinggi jika dibandingkan dengan kegiatan lain. Akibatnya, anggaran
untuk konsumsi dikurangi. Dengan demikian, terdapat hubungan yang negatif
antara tingkat bunga dan besarnya konsumsi.
Akan tetapi para ahli ekonomi sesudah klasik
berpendapat sebaliknya. Naiknya tingkat bunga justru meningkatkan konsumsi.
Mereka mengajukan alasan bahwa naiknya tingkat bunga dapat meningkatkan
pendapatan konsumen tabungan di bank menghasilkan bunga sehingga meningkatkan
pendapatan. Selanjutnya, pendapatan yang meningkat tersebut dapat meningkatkan
konsumsi
b)
Fungsi
Konsumsi dan Fungsi Tabungan
Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang
menggambarkan hubungan antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam suatu
perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposible) perekonomian
tersebut.
Fungsi
tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan hubungan antara tabungan rumah
tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional perekonomian tersebut.
Berikut gambar kurva Fungsi Konsumsi:

C C
= a + bY
dC
C1
dY

O Y* Y
Sumbu horizontal menunjukkan tingkat pendapatan
nasional (Y) dan sumbu vertikal menunjukkan tingkat konsumsi (C). Garis
dari
titik asal (0) merupakan garis pertolongan yang menunjukkan bahwa pada setiap
titik, pada garis tersebut tingkat pendapatan nasional selalu sama dengan
tingkat konsumsi (Y = C). Jika fungsi konsumsi dan fungsi tabungan ditulis
dalam notasi fungsi, bentuknya adalah sebagai berikut:

![]() |
Bentuk dari fungsi konsumsi jika ditulis dalam
persamaan linear adalah:
![]() |
Keterangan:
C = Tingkat Konsumsi Masyarakat
a = Besarnya
konsumsi pada saat pendapatan nasional sebesar nol
b = Hasrat
mengkonsumsi marjinal
Y = Pendapatan Masyarakat
Berdasarkan persamaan tersebut, konsumsi merupakan
fungsi dari tingkat pendapatan nasional. Terdapat hubungan positif antara
tingkat konsumsi dan tingkat pendapatan nasional. Pada tingkat pendapatan nasional
(Y) sebesar 0 (nol), tingkat konsumsi sebesar nilai intercept (a) yaitu nilai konsumsi minimum yang harus dipenuhi
walau tidak memiliki pendapatan.
Ini terjadi karena penduduk harus tetap hidup.
Kemudian peningkatan konsumsi kurang sebanding dengan peningkatan pendapatan
nasional, yaitu sebesar hasrat mengkonsumsi marginal (b). Hasrat mengkonsumsi
marginal disebut juga marginal propensity
to consume (MPC) yaitu perbandingan antara jumlah konsumsi dengan besarnya
perubahan jumlah (dC/dY) pendapatan
nasional. Besarnya hasrat mengkonsumsi marginal ini berkisar antara nol hingga
satu (0 < MPC < 1).
Pendapatan nasional setelah dikurangi dengan
konsumsi (C), sisanya disimpan dalam bentuk tabungan (S). Hal ini berarti bahwa
tabungan bergantung pada besarnya tingkat pendapatan nasional. Dengan kata
lain, tabungan merupakan fungsi dari pendapatan nasional. Fungsi tabungan dapat
diturunkan sebagai berikut:
![]() |
Dari persamaan tersebut dapat diturunkan sebagai
berikut:
![]() |
atau
![]() |
Persamaan S
= -a + (1 - b) Y merupakan fungsi tabungan, dengan –a sebagai intersepnya
dan (1-b) sebagai lereng yang disebut sebagai hasrat untuk menabung marginal
(MPS). Fungsi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Y = C C = a + bY
C1
S = -a
+ (1 - b) Y

O

-a
![]() |
Intersep (-a)
kita gambarkan pada sumbu vertikal di bawah titik asal (0). Bila pendapatan
sama dengan konsumsi, berarti jumlah tabungan sama dengan nol, berarti pada
saat itu, garis tabungan harus memotong sumbu horizontal (Y). Jadi, dengan
menghubungkan titik –a dengan titik Y
didapatkan kurva fungsi tabungan. Seperti telah dikemukakan bahwa dalam keadaan
tidak ada perusahaan, tidak ada pemerintah, dan tidak ada sector luar negeri,
pendapatan nasional keseimbangan (equilibrium)
dicapai pada saat konsumsi sama dengan pendapatan nasional, dan tabungan sama
dengan nol.
Contoh soal:
Apabila diketahui sebuah fungsi konsumsi C = 500 +
0,8Y maka kita akan dapat menghitung berapakah besarnya tingkat konsumsi dan
pendapatan nasional dalam keseimbangan (national
income equilibrium)?
Jawab:
Dalam keadaan keseimbangan, berarti tingkat
konsumsi sama besarnya dengan pendapatan
nasional.
Y = C;
nilai C kita subtitusikan sehingga
Y =
500 + 0,8Y
0,2Y = 500
Y =
2500
Nilai pendapatan nasional sebesar 2500 dalam
keseimbangan. Selanjutnya, besarnya tingkat konsumsi dapat dicari dengan
memasukkan nilai pendapatan nasional tersebut ke dalam fungsi konsumsi.
C =
500 + 0,8 (2500)
C =
2500
Dengan demikian, tingkat pendapatan nasional sama
tingginya dengan tingkat konsumsi, yaitu sebesar 2500 satuan. Bila keadaan
tersebut digambarkan akan tampak seperti pada gambar kurva di bawah ini:

C
C = 500 + 0,8Y
2500
500

O 2500 Y
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar