Resensi Novel
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
A.
Unsur
– unsur resensi
1)
Identitas
Buku
Judul : daun yang jatuh tak pernah membenci angin
Penerbit : PT gramedia pustaka utama
Terbit : November 2011
Jumlah halaman : 256 halaman
Warna sampul : ungu
Ukuran sampul : 13.5 x 20 cm
Harga
novel : Rp.45.000
Jumlah cetakan
: 264
Kota
terbit : jl. Palmerah
barat 29-37 Blok 1Jakarta
ISBN : 978-979-22-5780-9
No
Produk : 40101100021
2) latar belakang pengarang
Nama : tere-liye
Pendidikan : SMAN 1
jakarta
Ttl : 15-juni-1992
Prestasi : juara 1 lomba membaca puisi
Juara 1 lomba membuat novel
Karya : novel daun yang jatuh tak pernah membenci angin
3) Sinopsis
Dia bagai
malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan
jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah,
dan janji masa depan yang lebih baik.
Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.
Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua.
Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah... Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun... daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya.
Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.
Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua.
Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah... Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun... daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya.
4)
Unsur
intriksik
1.
Tema : Cinta yang di
rahasiakan dan menyakitkan
2. Gaya Bahasa:
a) Hiperbola : Demi membaca e-mail berdarah-darah itu,
esoknya aku memutuskan pulang segera ke Jakarta (Hal. 230)
b) Metafora : Bagian tajamnya menghadap ke atas begitu
saja, dan tanpa ampun menghunjam kakiku yang sehelai pun tak beralas saat
melewatinya. (Hal. 22)
c) Personifikasi : Menuju tempat rumah kardus kami dulu
berdiri kokoh dihajar hujan deras, ditimpa terik matahari. (Hal. 231)
d) Personifikasi : Hujan deras turun membungkus kota
ini (Hal. 13)
3. Sudut Pandang : Orang pertama pelaku utama
4. Tokoh dan Penokohan:
Tania:
Tekun (Mendapat beasiswa sekolah di
Singapura)
Ramah (Disukai banyak orang)
Konsisten (Hanya mencintai Danar,
walaupun banyak lelaki yang mencintainya)
Pantang menyerah (Menjalani
Dede:
Suka iseng
Pandai menyimpan rahasia (Menyimpan
rahasia Perasaan Tania dan Danar)
Sifat polos yang kental
Ibu:
Tekun dan tidak mengandalkan orang
lain (Rajin berjualan kue, demi membiayai anak-anaknya sekolah, walaupun sudah
dibantu oleh Danar)
Sabar (Sabar menghadapi hidupnya dan
keluarganya yang miskin)
Danar
:
Ringan tangan, suka menolong
(Menolong Tania yang kakinya tertusuk paku, ketika di bis)
Pemendam rasa (Memendam perasaan
cintanya kepada Tania, dan mengorbankan perasaannya untuk Ratna)
Bertanggung jawab (Mengurusi Tania
dan Dede, setelah Ibu meninggal)
Tidak jujur atas apa yang di rasakan
dalam hatinya
Ratna:
Tidak suka berprasangka buruk
(Ketika Danar jarang pulang, Ratna tidak berprasangka buruk bahwa Danar
selingkuh) dan (Tidak berprasangka buruk terhadap Tania dan Danar)
Tidak cemburuan (Tidak cemburu
terhadap Tania dan Dede, yang selalu dekat dengan Danar)
Sabar (Sabar menunggu Danar yang
jarang pulang ke rumah, setelah mereka menikah)
5. Sudut Pandang : Orang pertama pelaku utama
6. Alur :Pada awal cerita mundur
dan pada akhir cerita campuran
7. Latar
:
Tempat : Rumah Tania, Toko Buku, Asrama
Tania di Singapura
Waktu : Pagi, siang, sore dan malam
Suasana : Hening, sedih, duka, tegang,
senang, rindu
8. Amanat :
Ceritakanlah
apa yang dirasakan hati kita walau susah dalam kenyataannya ,berusahalah
meyakinkan diri bahwa dengan menceritakan apa yang kita rasakan kaan melegakan
dan menentramkan hati kita sendiri dengan tidak memendam perasaan.
9.
Plot :
Perkenalan:
Ketika Danar
menolong Tania yang tertusuk paku. Lalu Danar mengenal Tania dan Dede, adik
Tania, lebih dalam, hingga Danar sering mengunjungi rumah Tania. Danar juga
banyak membantu perekonomian keluarga Tania, hingga akhirnya Tania dan Dede
bisa bersekolah. Tania juga mendapatkan beasiswa ke Singapura.
Pertikaian:
Ketika Danar hendak menikah dengan Ratna,pacarnya,
Tania tidak mau datang ke pernikahan Danar dan Ratna. Selama beberapa tahun
Tania dan Danar tidak berkomunikasi.
Klimaks:
Ketika Danar dan Tania bertemu di daerah rumah
kardus Tania, ketika Tania miskin. Di situ, mereka mengutarakan perasaan mereka
yang sebenarnya.
Antiklimaks:
Ketika Danar
dan Tania mengetahui bahwa Ratna sudah hamil 4 bulan, dan pada akhirnya Tania
menerima keadaan tersebut, dan dia tidak akan kembali ke Indonesia dan tetap
berada di Singapura, agar perasaannya tidak kembali seperti kejadian ketika di
Indonesia.
5)
Unsur
Ekstrinsik
Nilai
Sosial :
Menolong orang dengan tidak
memandang siapa yang di tolong karena menolong dengan ikhlas seperti dalam
novel tokoh Danar yang menolong Tania dengan tidak memandang siapa Tania.
Nilai
Moral :
Memberi pengetahuan kepada kita
bahwa sesuatu yang terlihat sulit nyatanya tidak sesulit yang kita lihat jika
kita ingin bersungguh sungguh mencapainya seperti dalam novel tokoh Tania yang
pantang menyerah menjalani hidupnya walau banyak rintangan yang menghalanginya.
Memegang janji
‘Aku menyeka sudut mataku yang
berair. Tidak. Aku sudah berjanji kepada Ibu untuk tidak pernah menangis.
Apalagi menangis hanya karena mengingat semua kenangan buruk itu.’ (Hal. 31)
6)
Kesimpulan
Pelajaran penting yang saya dapat dalam buku ini, bahwa hidup itu sebenarnya simpel. Semua ada masanya, dan
masa itu yang akan mengantarkan setiap nasib menuju kenyataan, entah baik
maupun buruk. Entah nantinya nasib itu akan membuat kita suka maupun duka,
berikut manis-pahitnya.
Yang jelas, dari perjalanan hidup yang kita rengkuh, selalu diajarkan untuk
terus menyalakan lilin, bukan mengutuki hidup dalam kegelapan. Bukan
menyalahkan angin yang merenggut daun berguguran, tetapi sikap menerima. Bahwa
daun yang jatuh meski akan terurai, suatu saat jika tiba masanya akan
melahirkan daun-daun baru yang jauh lebih segar. Daun yang jatuh akan terbang
bersama tingginya masa depan, akan lahir harapan yang menjanjikan masa depan
cerah.
Buku ini menurut saya bercerita
tentang perasaan yang tak sempat tersampaikan. Rasa yang sudah tertanam
bertahun-tahun, tapi hanya terpendam dan terus didiamkan. Berarti, setiap orang
dalam hidupnya berhak untuk mencintai dan dicintai. Dan perlu keberanian untuk mengungkapkan
isi hati itu, entah apapun hasilnya.
B.
Resensi
novel
1)
Identitas
Buku
Judul : daun yang
jatuh tak pernah membenci angin
Penerbit : PT gramedia
pustaka utama
Terbit : November 2011
Jumlah halaman : 256 halaman
Warna sampul : ungu
Ukuran sampul : 13.5 x 20 cm
Harga
novel : Rp.45.000
Jumlah cetakan
: 264
Kota
terbit : jl. Palmerah
barat 29-37 Blok 1Jakarta
ISBN : 978-979-22-5780-9
No
Produk : 40101100021
2) latar belakang pengarang
Nama : tere-liye
Pendidikan : SMAN 1
jakarta
Ttl : 15-juni-1992
Prestasi : juara 1 lomba membaca puisi
Juara 1 lomba membuat novel
Karya : novel daun
yang jatuh tak pernah membenci angin
3) Resensi novel
No
|
bentuk
|
kelebihan
|
1
|
Gaya bahasa
|
Gaya bahasanya bagus dan sangat
mudah dipahami.
Bahasanya yang indah untuk
didengar dan sangat puitis sehingga si pembaca sangat nyaman dan senang dalam
membaca novel tersebut termasuk saya
|
2
|
Sistematika penyaji
|
sistematikanya bagus sehingga
sesuai dengan bunyi bahasa yang disajikan
|
3
|
Penilaian sampul
|
Sampulnya bagus dengan motif
yang terlihat lebih menarik
|
4
|
Isi/cara menyelesaikan konflik
|
Cara penyelesaian konflik lebih
riil
Sehingga si pembaca bisa puas
dalam memahami novel tersebut dan tidak bosan untuk dibaca
|
5
|
Cara mengakhiri
|
Cara mengakhiri cerita tersebut
baik
Bisa dicerna lebih
bagus sehingga si pembaca lebih puas dalam membaca novel tersebut
|
6
|
Kehadiran tokoh
|
Tokoh-okoh yang ada sangat
bagus dalam memerankan cerita tersebut dan bisa dibayangkan bahwa tokoh-tokoh
tersebut benar-benar mempunyai jiwa acting yang bagus
|
No
|
Bentuk
|
Kekurangan
|
1
|
alur
|
Kurang jelas dalam perjalanan cerita tersebut sehingga si pembaca masih
penasaran dengan cerita yang lebih jelasnya
|
2
|
Happy/sad
|
Sebenarnya sudah bagus karena awalnya happy tetapi berakhir dalam larut
kesedihan terus menerus
|
3
|
eyd
|
Pada halaman 19
paragraph pertama baris ke 2 seharunya kata ‘itu’ tidak miring
Pada halaman 59
paragraph 6 seharusnya tidak terlalu banyak menggunakan titik
Pada halaman 233
paragraph ke 4 baris ke 2 kata memesona itu seharunya mempesona
Pada halaman 249
paragraph 3 baris ke 3 kata dedetakmengerti seharusnya pakai spasi seperti
ini dede tak mengerti
|
Itu tahumn lahirnya salah,
BalasHapusBeliau sudah tiga puluhan ^^
woy ngopilah
BalasHapusNovel ini sangat membangkitkan semangat saya, Untuk bersemangat sekolah, agar Seperti sosok tania.
BalasHapus