Atom adalah suatu satuan dasar materi, yang terdiri atas inti atom serta awan elektron bermuatan negatif yang
mengelilinginya. Inti atom terdiri atas proton yang bermuatan positif, dan neutron yang bermuatan netral (kecuali pada
inti atom Hidrogen-1, yang tidak memiliki neutron).
Elektron-elektron pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya elektromagnetik. Sekumpulan atom demikian pula dapat berikatan satu sama
lainnya, dan membentuk sebuah molekul. Atom yang mengandung jumlah proton
dan elektron yang sama bersifat netral, sedangkan yang mengandung jumlah proton
dan elektron yang berbeda bersifat positif atau negatif dan disebut sebagai ion. Atom dikelompokkan berdasarkan jumlah proton dan neutron
yang terdapat pada inti atom tersebut. Jumlah proton pada atom menentukan unsur kimia atom tersebut, dan jumlah neutron menentukan isotop unsur tersebut.
Istilah atom berasal dari Bahasa
Yunani (ἄτομος/átomos,
α-τεμνω), yang berarti tidak dapat dipotong ataupun sesuatu yang tidak dapat
dibagi-bagi lagi. Konsep atom sebagai komponen yang tak dapat dibagi-bagi lagi
pertama kali diajukan oleh para filsuf India dan Yunani. Pada abad ke-17 dan ke-18, para kimiawan meletakkan dasar-dasar pemikiran
ini dengan menunjukkan bahwa zat-zat tertentu tidak dapat dibagi-bagi lebih
jauh lagi menggunakan metode-metode kimia. Selama akhir abad ke-19 dan awal
abad ke-20, para fisikawan
berhasil menemukan struktur dan komponen-komponen subatom di dalam atom,
membuktikan bahwa 'atom' tidaklah tak dapat dibagi-bagi lagi. Prinsip-prinsip mekanika
kuantum yang
digunakan para fisikawan kemudian berhasil memodelkan atom.[1]
Dalam pengamatan sehari-hari, secara
relatif atom dianggap sebuah objek yang sangat kecil yang memiliki massa yang
secara proporsional kecil pula. Atom hanya dapat dipantau dengan menggunakan
peralatan khusus seperti mikroskop gaya atom. Lebih dari 99,9% massa atom berpusat pada inti atom,[catatan 1] dengan proton dan neutron yang
bermassa hampir sama. Setiap unsur paling tidak memiliki satu isotop dengan
inti yang tidak stabil, yang dapat mengalami peluruhan radioaktif. Hal ini dapat mengakibatkan transmutasi, yang mengubah jumlah proton dan neutron pada inti.[2]
Elektron yang terikat pada atom mengandung sejumlah aras energi, ataupun orbital, yang stabil dan dapat mengalami
transisi di antara aras tersebut dengan menyerap ataupun memancarkan foton yang sesuai dengan perbedaan energi antara aras. Elektron
pada atom menentukan sifat-sifat kimiawi sebuah unsur, dan memengaruhi
sifat-sifat magnetis atom tersebut.
Konsep bahwa materi terdiri dari
satuan-satuan terpisah yang tidak dapat dibagi lagi menjadi satuan yang lebih
kecil telah ada selama satu milenium. Namun, pemikiran tersebut masihlah
bersifat abstrak dan filosofis, daripada berdasarkan pengamatan empiris dan eksperimen. Secara filosofis, deskripsi
sifat-sifat atom bervariasi tergantung pada budaya dan aliran filosofi
tersebut, dan seringkali pula mengandung unsur-unsur spiritual di dalamnya.
Walaupun demikian, pemikiran dasar mengenai atom dapat diterima oleh para
ilmuwan ribuan tahun kemudian, karena ia secara elegan dapat menjelaskan
penemuan-penemuan baru pada bidang kimia.[3]
Rujukan paling awal mengenai konsep
atom dapat ditilik kembali kepada zaman India kuno pada tahun 800 sebelum masehi,[4] yang dijelaskan dalam naskah
filsafat Jainisme sebagai anu dan paramanu.[4][5] Aliran mazhab Nyaya dan Vaisesika mengembangkan teori yang
menjelaskan bagaimana atom-atom bergabung menjadi benda-benda yang lebih
kompleks.[6] Satu abad kemudian muncul rujukan
mengenai atom di dunia Barat oleh Leukippos, yang kemudian oleh muridnya Demokritos pandangan tersebut disistematiskan.
Kira-kira pada tahun 450 SM, Demokritos menciptakan istilah átomos
(bahasa
Yunani: ἄτομος), yang berarti "tidak dapat
dipotong" ataupun "tidak dapat dibagi-bagi lagi". Teori
Demokritos mengenai atom bukanlah usaha untuk menjabarkan suatu fenomena fisis
secara rinci, melainkan suatu filosofi yang mencoba untuk memberikan jawaban
atas perubahan-perubahan yang terjadi pada alam.[1] Filosofi serupa juga terjadi di
India, namun demikian ilmu pengetahuan modern memutuskan untuk menggunakan
istilah "atom" yang dicetuskan oleh Demokritos.[3]
Kemajuan lebih jauh pada pemahaman
mengenai atom dimulai dengan berkembangnya ilmu kimia. Pada tahun 1661, Robert Boyle mempublikasikan buku The Sceptical Chymist yang berargumen bahwa materi-materi di dunia ini terdiri
dari berbagai kombinasi "corpuscules", yaitu atom-atom yang
berbeda. Hal ini berbeda dengan pandangan klasik yang berpendapat bahwa materi
terdiri dari unsur-unsur udara, tanah, api, dan air.[7] Pada tahun 1789, istilah element
(unsur) didefinisikan oleh seorang bangsawan dan peneliti Perancis, Antoine
Lavoisier, sebagai
bahan dasar yang tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi dengan menggunakan
metode-metode kimia.[8]
Berbagai atom dan molekul yang
digambarkan pada buku John Dalton, A New System of Chemical
Philosophy (1808).
Pada tahun 1803, John Dalton menggunakan konsep atom untuk
menjelaskan mengapa unsur-unsur selalu bereaksi dalam perbandingan yang bulat
dan tetap, serta mengapa gas-gas tertentu lebih larut dalam air dibandingkan
dengan gas-gas lainnya. Ia mengajukan pendapat bahwa setiap unsur mengandung
atom-atom tunggal unik, dan atom-atom tersebut selanjutnya dapat bergabung
untuk membentuk senyawa-senyawa kimia.[9][10]
Teori partikel ini kemudian
dikonfirmasikan lebih jauh lagi pada tahun 1827, yaitu ketika botaniwan Robert Brown menggunakan mikroskop untuk mengamati debu-debu yang
mengambang di atas air dan menemukan bahwa debu-debu tersebut bergerak secara
acak. Fenomena ini kemudian dikenal sebagai "Gerak Brown". Pada tahun 1877, J. Desaulx
mengajukan pendapat bahwa fenomena ini disebabkan oleh gerak termal molekul
air, dan pada tahun 1905 Albert
Einstein membuat
analisis matematika terhadap gerak ini.[11][12][13] Fisikawan Perancis Jean Perrin kemudian menggunakan hasil kerja
Einstein untuk menentukan massa dan dimensi atom secara eksperimen, yang
kemudian dengan pasti menjadi verifikasi atas teori atom Dalton.[14]
Berdasarkan hasil penelitiannya
terhadap sinar katoda, pada tahun 1897 J. J.
Thomson menemukan
elektron dan sifat-sifat subatomiknya. Hal ini meruntuhkan konsep atom sebagai
satuan yang tidak dapat dibagi-bagi lagi.[15] Thomson percaya bahwa
elektron-elektron terdistribusi secara merata di seluruh atom, dan
muatan-muatannya diseimbangkan oleh keberadaan lautan muatan positif (model puding
prem).
Namun pada tahun 1909, para peneliti
di bawah arahan Ernest
Rutherford
menembakkan ion helium ke lembaran tipis emas, dan menemukan bahwa sebagian
kecil ion tersebut dipantulkan dengan sudut pantulan yang lebih tajam dari yang
apa yang diprediksikan oleh teori Thomson. Rutherford kemudian mengajukan
pendapat bahwa muatan positif suatu atom dan kebanyakan massanya terkonsentrasi
pada inti atom, dengan elektron yang mengitari inti atom seperti planet
mengitari matahari. Muatan positif ion helium yang melewati inti padat ini
haruslah dipantulkan dengan sudut pantulan yang lebih tajam. Pada tahun 1913,
ketika bereksperimen dengan hasil proses peluruhan radioaktif, Frederick
Soddy menemukan
bahwa terdapat lebih dari satu jenis atom pada setiap posisi tabel periodik.[16] Istilah isotop kemudian diciptakan oleh Margaret
Todd sebagai
nama yang tepat untuk atom-atom yang berbeda namun merupakan satu unsur yang
sama. J.J. Thomson selanjutnya menemukan teknik untuk memisahkan jenis-jenis
atom tersebut melalui hasil kerjanya pada gas yang terionisasi.[17]


Sementara itu, pada tahun 1913
fisikawan Niels Bohr mengkaji ulang model atom
Rutherford dan mengajukan pendapat bahwa elektron-elektron terletak pada
orbit-orbit yang terkuantisasi serta dapat meloncat dari satu orbit ke orbit
lainnya, meskipun demikian tidak dapat dengan bebas berputar spiral ke dalam
maupun keluar dalam keadaan transisi.[18] Suatu elektron haruslah menyerap
ataupun memancarkan sejumlah energi tertentu untuk dapat melakukan transisi
antara orbit-orbit yang tetap ini. Apabila cahaya dari materi yang dipanaskan memancar melalui prisma, ia
menghasilkan suatu spektrum
multiwarna. Penampakan garis-garis spektrum tertentu ini berhasil dijelaskan
oleh teori transisi orbital ini.[19]
Ikatan kimia antar atom kemudian pada tahun 1916
dijelaskan oleh Gilbert Newton Lewis sebagai interaksi antara elektron-elektron atom tersebut.[20]
Atas adanya keteraturan sifat-sifat kimiawi dalam tabel periode kimia,[21]
kimiawan Amerika Irving
Langmuir tahun
1919 berpendapat bahwa hal ini dapat dijelaskan apabila elektron-elektron pada
sebuah atom saling berhubungan atau berkumpul dalam bentuk-bentuk tertentu.
Sekelompok elektron diperkirakan menduduki satu set kelopak
elektron di
sekitar inti atom.
Percobaan Stern-Gerlach pada tahun 1922 memberikan bukti lebih jauh mengenai
sifat-sifat kuantum atom. Ketika seberkas atom perak ditembakkan melalui medan
magnet, berkas tersebut terpisah-pisah sesuai dengan arah momentum sudut atom (spin).
Oleh karena arah spin adalah acak, berkas ini diharapkan menyebar menjadi satu
garis. Namun pada kenyataannya berkas ini terbagi menjadi dua bagian,
tergantung dari apakah spin atom tersebut berorientasi ke atas ataupun ke
bawah.[22]
Pada tahun 1926, dengan menggunakan
pemikiran Louis de
Broglie bahwa
partikel berperilaku seperti gelombang, Erwin Schrödinger mengembangkan suatu
model atom matematis yang menggambarkan elektron sebagai gelombang tiga dimensi daripada sebagai
titik-titik partikel. Konsekuensi penggunaan bentuk gelombang untuk menjelaskan
elektron ini adalah bahwa adalah tidak mungkin untuk secara matematis
menghitung posisi dan momentum partikel secara bersamaan. Hal ini
kemudian dikenal sebagai prinsip ketidakpastian, yang dirumuskan oleh Werner
Heisenberg
pada 1926. Menurut konsep ini, untuk setiap pengukuran suatu posisi, seseorang
hanya bisa mendapatkan kisaran nilai-nilai probabilitas momentum, demikian pula
sebaliknya. Walaupun model ini sulit untuk divisualisasikan, ia dapat dengan
baik menjelaskan sifat-sifat atom yang terpantau yang sebelumnya tidak dapat
dijelaskan oleh teori mana pun. Oleh sebab itu, model atom yang menggambarkan
elektron mengitari inti atom seperti planet mengitari matahari digugurkan dan
digantikan oleh model orbital atom di sekitar inti di mana elektron
paling berkemungkinan berada.[23][24]


Diagram skema spetrometer massa
sederhana.
Perkembangan pada spektrometri massa mengijinkan dilakukannya pengukuran massa atom secara
tepat. Peralatan spektrometer ini menggunakan magnet untuk membelokkan
trayektori berkas ion, dan banyaknya defleksi ditentukan dengan rasio massa
atom terhadap muatannya. Kimiawan Francis William Aston menggunakan peralatan ini untuk menunjukkan bahwa isotop
mempunyai massa yang berbeda. Perbedaan massa antar isotop ini berupa bilangan
bulat, dan ia disebut sebagai kaidah bilangan bulat.[25] Penjelasan pada perbedaan massa
isotop ini berhasil dipecahkan setelah ditemukannya neutron, suatu partikel bermuatan netral
dengan massa yang hampir sama dengan proton, yaitu oleh James
Chadwick pada
tahun 1932. Isotop kemudian dijelaskan sebagai unsur dengan jumlah proton yang
sama, namun memiliki jumlah neutron yang berbeda dalam inti atom.[26]
Pada tahun 1950-an, perkembangan pemercepat partikel dan detektor
partikel
mengijinkan para ilmuwan mempelajari dampak-dampak dari atom yang bergerak
dengan energi yang tinggi.[27]
Neutron dan proton kemudian diketahui sebagai hadron, yaitu komposit partikel-partikel kecil yang disebut
sebagai kuark. Model-model standar fisika nuklir kemudian dikembangkan
untuk menjelaskan sifat-sifat inti atom dalam hal interaksi partikel subatom
ini.[28]
Dalam sejarahnya, sebuah atom
tunggal sangatlah kecil untuk digunakan dalam aplikasi ilmiah. Namun baru-baru
ini, berbagai peranti yang menggunakan sebuah atom tunggal logam yang
dihubungkan dengan ligan-ligan organik (transistor elektron tunggal) telah dibuat.[30]
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk memerangkap dan memperlambat laju
atom menggunakan pendinginan
laser untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai sifat-sifat atom.[31]
Partikel
subatom
Walaupun awalnya kata atom
berarti suatu partikel yang tidak dapat dipotong-potong lagi menjadi partikel
yang lebih kecil, dalam terminologi ilmu pengetahuan modern, atom tersusun atas
berbagai partikel
subatom.
Partikel-partikel penyusun atom ini adalah elektron, proton, dan neutron. Namun hidrogen-1 tidak mempunyai neutron. Demikian
pula halnya pada ion hidrogen positif H+.
Dari kesemua partikel subatom ini,
elektron adalah yang paling ringan, dengan massa elektron sebesar
9,11 × 10−31 kg dan mempunyai muatan negatif. Ukuran
elektron sangatlah kecil sedemikiannya tiada teknik pengukuran yang dapat
digunakan untuk mengukur ukurannya.[32]
Proton memiliki muatan positif dan massa 1.836 kali lebih berat daripada elektron
(1,6726 × 10−27 kg). Neutron tidak bermuatan listrik
dan bermassa bebas 1.839 kali massa elektron[33]
atau (1,6929 × 10−27 kg).
Dalam model standar fisika, baik
proton dan neutron terdiri dari partikel elementer yang disebut kuark. Kuark termasuk kedalam golongan partikel fermion dan merupakan salah satu dari dua
bahan penyusun materi dasar (yang lainnya adalah lepton). Terdapat enam jenis kuark dan tiap-tiap kuark tersebut
memiliki muatan listri fraksional sebesar +2/3 ataupun −1/3. Proton terdiri
dari dua kuark naik dan satu kuark turun, manakala neutron terdiri dari satu
kuark naik dan dua kuark turun. Perbedaan komposisi kuark ini memengaruhi
perbedaan massa dan muatan antara dua partikel tersebut. Kuark terikat bersama
oleh gaya nuklir
kuat yang
diperantarai oleh gluon. Gluon adalah anggota dari boson tolok yang merupakan perantara gaya-gaya
fisika.[34][35]
Inti
atom
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Inti atom
Energi
pengikatan
yang diperlukan oleh nukleon untuk lolos dari inti pada berbagai isotop.
Inti atom terdiri atas proton dan
neutron yang terikat bersama pada pusat atom. Secara kolektif, proton dan
neutron tersebut disebut sebagai nukleon (partikel penyusun inti). Diameter
inti atom berkisar antara 10-15 hingga 10-14m.[36]
Jari-jari inti diperkirakan sama dengan
fm, dengan A adalah jumlah
nukleon.[37] Hal ini sangatlah kecil
dibandingkan dengan jari-jari atom. Nukleon-nukleon tersebut terikat bersama
oleh gaya tarik-menarik potensial yang disebut gaya kuat residual. Pada jarak lebih kecil daripada 2,5 fm, gaya ini lebih
kuat daripada gaya elektrostatik yang menyebabkan proton saling tolak menolak.[38]
Atom dari unsur kimia yang sama memiliki jumlah proton
yang sama, disebut nomor atom. Suatu unsur dapat memiliki jumlah neutron yang bervariasi.
Variasi ini disebut sebagai isotop. Jumlah proton dan neutron suatu atom akan menentukan nuklida atom tersebut, sedangkan jumlah
neutron relatif terhadap jumlah proton akan menentukan stabilitas inti atom,
dengan isotop unsur tertentu akan menjalankan peluruhan radioaktif.[39]
Neutron dan proton adalah dua jenis fermion yang berbeda. Asas pengecualian Pauli melarang adanya keberadaan fermion yang identik
(seperti misalnya proton berganda) menduduki suatu keadaan fisik kuantum yang
sama pada waktu yang sama. Oleh karena itu, setiap proton dalam inti atom
harusnya menduduki keadaan kuantum yang berbeda dengan aras energinya
masing-masing. Asas Pauli ini juga berlaku untuk neutron. Pelarangan ini tidak
berlaku bagi proton dan neutron yang menduduki keadaan kuantum yang sama.[40]
Untuk atom dengan nomor atom yang
rendah, inti atom yang memiliki jumlah proton lebih banyak daripada neutron
berpotensi jatuh ke keadaan energi yang lebih rendah melalui peluruhan
radioaktif yang menyebabkan jumlah proton dan neutron seimbang. Oleh karena
itu, atom dengan jumlah proton dan neutron yang berimbang lebih stabil dan cenderung
tidak meluruh. Namun, dengan meningkatnya nomor atom, gaya tolak-menolak antar
proton membuat inti atom memerlukan proporsi neutron yang lebih tinggi lagi
untuk menjaga stabilitasnya. Pada inti yang paling berat, rasio neutron per
proton yang diperlukan untuk menjaga stabilitasnya akan meningkat menjadi 1,5.[40]
Gambaran proses fusi nuklir yang
menghasilkan inti deuterium (terdiri dari satu proton dan satu neutron). Satu positron (e+) dipancarkan
bersamaan dengan neutrino
elektron.
Jumlah proton dan neutron pada inti
atom dapat diubah, walaupun hal ini memerlukan energi yang sangat tinggi oleh
karena gaya atraksinya yang kuat. Fusi nuklir terjadi ketika banyak partikel atom
bergabung membentuk inti yang lebih berat. Sebagai contoh, pada inti Matahari,
proton memerlukan energi sekitar 3–10 keV untuk mengatasi gaya tolak-menolak
antar sesamanya dan bergabung menjadi satu inti.[41] Fisi nuklir merupakan kebalikan dari proses
fusi. Pada fisi nuklir, inti dipecah menjadi dua inti yang lebih kecil. Hal ini
biasanya terjadi melalui peluruhan radioaktif. Inti atom juga dapat diubah melalui
penembakan partikel subatom berenergi tinggi. Apabila hal ini mengubah jumlah
proton dalam inti, atom tersebut akan berubah unsurnya.[42][43]
Jika massa inti setelah terjadinya
reaksi fusi lebih kecil daripada jumlah massa partikel awal penyusunnya, maka
perbedaan ini disebabkan oleh pelepasan pancaran energi (misalnya sinar gamma), sebagaimana yang ditemukan pada
rumus kesetaraan
massa-energi
Einstein, E = mc2,
dengan m adalah massa yang hilang dan c adalah kecepatan
cahaya. Defisit
ini merupakan bagian dari energi
pengikatan
inti yang baru.[44]
Fusi dua inti yang menghasilkan inti
yang lebih besar dengan nomor atom lebih rendah daripada besi dan nikel (jumlah total nukleon sama dengan 60) biasanya bersifat eksotermik, yang berarti bahwa proses ini
melepaskan energi.[45] Adalah proses pelepasan energi
inilah yang membuat fusi nuklir pada bintang dapat dipertahankan. Untuk inti
yang lebih berat, energi pengikatan per nukleon dalam inti mulai menurun. Ini
berarti bahwa proses fusi akan bersifat endotermik.[40]
Awan
electron
Sumur potensial yang menunjukkan
energi minimum V(x) yang diperlukan untuk mencapai tiap-tiap
posisi x. Suatu partikel dengan energi E dibatasi pada kisaran
posisi antara x1 dan x2.
Elektron dalam suatu atom ditarik
oleh proton dalam inti atom melalui gaya elektromagnetik. Gaya ini mengikat elektron dalam sumur potensi
elektrostatik di sekitar inti. Hal ini berarti bahwa energi luar diperlukan
agar elektron dapat lolos dari atom. Semakin dekat suatu elektron dalam inti,
semakin besar gaya atraksinya, sehingga elektron yang berada dekat dengan pusat
sumur potensi memerlukan energi yang lebih besar untuk lolos.
Elektron, sama seperti partikel
lainnya, memiliki sifat seperti partikel maupun seperti gelombang (dualisme
gelombang-partikel). Awan elektron adalah suatu daerah dalam sumur potensi di
mana tiap-tiap elektron menghasilkan sejenis gelombang diam (yaitu gelombang
yang tidak bergerak relatif terhadap inti) tiga dimensi. Perilaku ini
ditentukan oleh orbital atom, yakni suatu fungsi matematika yang menghitung probabilitas
suatu elektron akan muncul pada suatu lokasi tertentu ketika posisinya diukur.[46] Hanya akan ada satu himpunan
orbital tertentu yang berada disekitar inti, karena pola-pola gelombang lainnya
akan dengan cepat meluruh menjadi bentuk yang lebih stabil.[47]
Fungsi gelombang dari lima orbital
atom pertama. Tiga orbital 2p memperlihatkan satu biidang simpul.
Tiap-tiap orbital atom
berkoresponden terhadap aras energi elektron tertentu. Elektron dapat
berubah keadaannya ke aras energi yang lebih tinggi dengan menyerap sebuah foton. Selain dapat naik menuju aras energi yang lebih tinggi,
suatu elektron dapat pula turun ke keadaan energi yang lebih rendah dengan
memancarkan energi yang berlebih sebagai foton.[47]
Energi yang diperlukan untuk
melepaskan ataupun menambah satu elektron (energi pengikatan elektron) adalah
lebih kecil daripada energi pengikatan nukleon. Sebagai contohnya, hanya
diperlukan 13,6 eV untuk melepaskan elektron dari atom hidrogen.[48] Bandingkan dengan energi sebesar
2,3 MeV yang diperlukan untuk memecah inti deuterium.[49] Atom bermuatan listrik netral oleh
karena jumlah proton dan elektronnya yang sama. Atom yang kekurangan ataupun
kelebihan elektron disebut sebagai ion. Elektron yang terletak paling luar dari inti dapat
ditransfer ataupun dibagi ke atom terdekat lainnya. Dengan cara inilah, atom
dapat saling berikatan membentuk molekul.[50]
Sifat-sifat
nuklir
Berdasarkan definisi, dua atom
dengan jumlah proton yang identik dalam intinya termasuk ke dalam unsur kimia yang sama. Atom dengan jumlah
proton sama namun dengan jumlah neutron berbeda adalah dua isotop
berbeda dari satu unsur yang sama. Sebagai contohnya, semua hidrogen memiliki
satu proton, namun terdapat satu isotop hidrogen yang tidak memiliki neutron (hidrogen-1), satu isotop yang memiliki satu
neutron (deuterium), dua neutron (tritium), dll. Hidrogen-1 adalah bentuk
isotop hidrogen yang paling umum. Kadang-kadang ia disebut sebagai protium.[51] Semua isotop unsur yang bernomor
atom lebih besar daripada 82 bersifat radioaktif.[52][53]
Dari sekitar 339 nuklida yang
terbentuk secara alami di Bumi, 269 di antaranya belum pernah terpantau meluruh.[54]
Pada unsur kimia, 80 dari unsur yang diketahui memiliki satu atau lebih isotop
stabil. Unsur 43, 63, dan semua unsur lebih tinggi dari 83 tidak memiliki isotop stabil. Dua puluh tujuh unsur hanya
memiliki satu isotop stabil, manakala jumlah isotop stabil yang paling banyak
terpantau pada unsur timah dengan 10 jenis isotop stabil.[55]
Massa
Karena mayoritas massa atom berasal
dari proton dan neutron, jumlah keseluruhan partikel ini dalam atom disebut
sebagai nomor massa. Massa atom pada keadaan diam
sering diekspresikan menggunakan satuan massa
atom (u) yang
juga disebut dalton (Da). Satuan ini didefinisikan sebagai seperduabelas massa
atom karbon-12 netral, yang kira-kira sebesar
1,66 × 10−27 kg.[56] Hidrogen-1 yang merupakan isotop teringan
hidrogen memiliki bobot atom 1,007825 u.[57] Atom memiliki massa yang kira-kira
sama dengan nomor massanya dikalikan satuan massa atom.[58] Atom stabil yang paling berat
adalah timbal-208,[52] dengan massa sebesar
207,9766521 u.[59]
Para kimiawan biasanya menggunakan
satuan mol untuk menyatakan jumlah atom. Satu mol didefinisikan
sebagai jumlah atom yang terdapat pada 12 gram persis karbon-12. Jumlah ini
adalah sekitar 6,022 × 1023, yang dikenal pula dengan nama
tetapan
Avogadro. Dengan
demikian suatu unsur dengan massa atom 1 u akan memiliki satu mol atom yang
bermassa 0,001 kg. Sebagai contohnya, Karbon memiliki massa atom 12 u, sehingga satu mol karbon atom
memiliki massa 0,012 kg.[56]
Ukuran
Atom tidak memiliki batasan luar
yang jelas, sehingga dimensi atom biasanya dideskripsikan sebagai jarak antara
dua inti atom ketika dua atom bergabung bersama dalam ikatan kimia. Jari-jari ini bervariasi
tergantung pada jenis atom, jenis ikatan yang terlibat, jumlah atom di
sekitarnya, dan spin atom.[60]
Pada tabel
periodik
unsur-unsur, jari-jari atom akan cenderung meningkat seiring dengan
meningkatnya periode (atas ke bawah). Sebaliknya jari-jari atom akan cenderung
meningkat seiring dengan menurunnya nomor golongan (kanan ke kiri).[61] Oleh karena itu, atom yang terkecil
adalah helium dengan jari-jari 32 pm, manakala yang terbesar adalah sesium dengan jari-jari 225 pm.[62] Dimensi ini ribuan kali lebih kecil
daripada gelombang cahaya (400–700 nm), sehingga atom tidak dapat dilihat
menggunakan mikroskop optik biasa. Namun, atom dapat dipantau menggunakan mikroskop gaya atom.
Ukuran atom sangatlah kecil,
sedemikian kecilnya lebar satu helai rambut dapat menampung sekitar 1 juta atom
karbon.[63] Satu tetes air pula mengandung
sekitar 2 × 1021 atom oksigen.[64] Intan satu karat dengan massa 2 × 10-4 kg
mengandung sekitar 1022 atom karbon.[catatan 2] Jika sebuah apel diperbesar sampai
seukuran besarnya Bumi, maka atom dalam apel tersebut akan terlihat sebesar
ukuran apel awal tersebut.[65]
Peluruhan
radioaktif
Diagram ini menunjukkan waktu paruh
(T½) beberapa isotop dengan jumlah proton Z dan jumlah proton N
(dalam satuan detik).
Setiap unsur mempunyai satu atau
lebih isotop berinti tak stabil yang akan mengalami peluruhan radioaktif,
menyebabkan inti melepaskan partikel ataupun radiasi elektromagnetik.
Radioaktivitas dapat terjadi ketika jari-jari inti sangat besar dibandingkan
dengan jari-jari gaya kuat (hanya bekerja pada jarak sekitar 1 fm).[66]
Bentuk-bentuk peluruhan radioaktif
yang paling umum adalah:[67][68]
- Peluruhan
alfa,
terjadi ketika suatu inti memancarkan partikel alfa (inti helium yang
terdiri dari dua proton dan dua neutron). Hasil peluruhan ini adalah unsur
baru dengan nomor
atom yang
lebih kecil.
- Peluruhan
beta,
diatur oleh gaya
lemah,
dan dihasilkan oleh transformasi neutron menjadi proton, ataupun proton
menjadi neutron. Transformasi neutron menjadi proton akan diikuti oleh
emisi satu elektron dan satu antineutrino, manakala transformasi proton
menjadi neutron diikuti oleh emisi satu positron dan satu neutrino. Emisi elektron ataupun emisi
positron disebut sebagai partikel beta. Peluruhan beta dapat meningkatkan
maupun menurunkan nomor atom inti sebesar satu.
- Peluruhan
gama,
dihasilkan oleh perubahan pada aras energi inti ke keadaan yang lebih
rendah, menyebabkan emisi radiasi elektromagnetik. Hal ini dapat terjadi
setelah emisi partikel alfa ataupun beta dari peluruhan radioaktif.
Jenis-jenis peluruhan radioaktif lainnya yang lebih jarang meliputi pelepasan neutron dan
proton dari inti, emisi lebih dari satu partikel
beta, ataupun
peluruhan yang mengakibatkan produksi elektron berkecepatan tinggi yang bukan
sinar beta, dan produksi foton berenergi tinggi yang bukan sinar gama
Tiap-tiap isotop radioaktif
mempunyai karakteristik periode waktu peluruhan (waktu paruh) yang merupakan lamanya waktu yang
diperlukan oleh setengah jumlah sampel untuk meluruh habis. Proses peluruhan
bersifat eksponensial, sehingga setelah dua waktu paruh, hanya akan tersisa 25%
isotop.[66]
Momen
magnetik
Setiap partikel elementer mempunyai
sifat mekanika kuantum intrinsik yang dikenal dengan nama spin. Spin beranalogi dengan momentum
sudut suatu
objek yang berputar pada pusat
massanya, walaupun
secara kaku partikel tidaklah berperilaku seperti ini. Spin diukur dalam satuan
tetapan
Planck tereduksi
(ħ), dengan elektron, proton, dan neutron semuanya memiliki spin ½ ħ, atau
"spin-½". Dalam atom, elektron yang bergerak di sekitar inti atom selain memiliki spin juga memiliki momentum sudut orbital, manakala inti atom memiliki momentum sudut pula oleh
karena spin nuklirnya sendiri.[69]
Medan magnet yang dihasilkan oleh suatu atom
(disebut momen magnetik) ditentukan oleh kombinasi berbagai
macam momentum sudut ini. Namun, kontribusi yang terbesar tetap berasal dari
spin. Oleh karena elektron mematuhi asas pengecualian Pauli, yakni tiada dua elektron yang dapat ditemukan pada keadaan kuantum yang sama, pasangan elektron yang
terikat satu sama lainnya memiliki spin yang berlawanan, dengan satu berspin
naik, dan yang satunya lagi berspin turun. Kedua spin yang berlawanan ini akan
saling menetralkan, sehingga momen dipol magnetik totalnya menjadi nol pada
beberapa atom berjumlah elektron genap.[70]
Pada atom berelektron ganjil seperti
besi, adanya keberadaan elektron yang tak berpasangan
menyebabkan atom tersebut bersifat feromagnetik. Orbital-orbital atom di sekeliling
atom tersebut saling bertumpang tindih dan penurunan keadaan energi dicapai
ketika spin elektron yang tak berpasangan tersusun saling berjajar. Proses ini
disebut sebagai interaksi pertukaran. Ketika momen magnetik atom
feromagnetik tersusun berjajaran, bahan yang tersusun oleh atom ini dapat
menghasilkan medan makroskopis yang dapat dideteksi. Bahan-bahan yang bersifat paramagnetik memiliki atom dengan momen magnetik
yang tersusun acak, sehingga tiada medan magnet yang dihasilkan. Namun, momen
magnetik tiap-tiap atom individu tersebut akan tersusun berjajar ketika
diberikan medan magnet.[70][71]
Inti atom juga dapat memiliki spin.
Biasanya spin inti tersusun secara acak oleh karena kesetimbangan termal. Namun, untuk unsur-unsur tertentu (seperti xenon-129), adalah mungkin untuk memolarisasi
keadaan spin nuklir secara signifikan sehingga spin-spin tersebut tersusun
berjajar dengan arah yang sama. Kondisi ini disebut sebagai hiperpolarisasi. Fenomena
ini memiliki aplikasi yang penting dalam pencitraan resonansi magnetik.[72][73]
Aras-aras
energi
Ketika suatu elektron terikat pada
sebuah atom, ia memiliki energi
potensial yang
berbanding terbalik terhadap jarak elektron terhadap inti. Hal ini diukur oleh
besarnya energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari atom dan
biasanya diekspresikan dengan satuan elektronvolt (eV). Dalam model mekanika kuantum,
elektron-elektron yang terikat hanya dapat menduduki satu set keadaan yang
berpusat pada inti, dan tiap-tiap keadaan berkorespondensi terhadap aras energi
tertentu. Keadaan energi terendah suatu elektron yang terikat disebut sebagai
keadaan dasar, manakala keadaan energi yang lebih tinggi disebut sebagai
keadaan tereksitasi.[74]
Agar suatu elektron dapat meloncat
dari satu keadaan ke keadaan lainnya, ia haruslah menyerap ataupun memancarkan foton pada energi yang sesuai dengan perbedaan energi potensial
antar dua aras tersebut. Energi foton yang dipancarkan adalah sebanding dengan frekuensinya.[75]
Tiap-tiap unsur memiliki spektrum karakteristiknya masing-masing. Hal ini
bergantung pada muatan inti, subkelopak yang terisi dengan elektron, interaksi
elektromagnetik antar elektron, dan faktor-faktor lainnya.[76]
Contoh garis absorpsi spektrum
Ketika suatu spektrum energi yang
berkelanjutan dipancarkan melalui suatu gas ataupun plasma, beberapa foton
diserap oleh atom, menyebabkan elektron berpindah aras energi. Elektron yang
tereksitasi akan secara spontan memancarkan energi ini sebagai foton dan jatuh
kembali ke aras energi yang lebih rendah. Oleh karena itu, atom berperilaku
seperti bahan penyaring yang akan membentuk sederetan pita absorpsi. Pengukuran spektroskopi terhadap kekuatan dan lebar pita spektrum mengijinkan penentuan komposisi dan
sifat-sifat fisika suatu zat.[77]
Pemantauan cermat pada garis-garis
spektrum menunjukkan bahwa beberapa memperlihatkan adanya pemisahan halus. Hal
ini terjadi karena kopling spin-orbit yang merupakan interaksi antara
spin dengan gerak elektron terluar.[78] Ketika suatu atom berada dalam
medan magnet eksternal, garis-garis spektrum terpisah menjadi tiga atau lebih
komponen. Hal ini disebut sebagai efek Zeeman. Efek Zeeman disebabkan oleh
interaksi medan magnet dengan momen magnetik atom dan elektronnya. Beberapa
atom dapat memiliki banyak konfigurasi elektron dengan aras energi yang sama, sehingga akan tampak sebagai
satu garis spektrum. Interaksi medan magnet dengan atom akan menggeser
konfigurasi-konfigurasi elektron menuju aras energi yang sedikit berbeda,
menyebabkan garis spektrum berganda.[79] Keberadaan medan
listrik eksternal
dapat menyebabkan pemisahan dan pergeseran garis spektrum dengan mengubah aras
energi elektron. Fenomena ini disebut sebagai efek Stark.[80]
Valensi
dan perilaku ikatan
Kelopak atau kulit elektron terluar
suatu atom dalam keadaan yang tak terkombinasi disebut sebagai kelopak valensi
dan elektron dalam kelopak tersebut disebut elektron valensi. Jumlah elektron valensi menentukan
perilaku ikatan atom tersebut dengan atom lainnya.
Atom cenderung bereaksi dengan satu sama lainnya melalui pengisian (ataupun
pengosongan) elektron valensi terluar atom.[81] Ikatan kimia dapat dilihat sebagai
transfer elektron dari satu atom ke atom lainnya, seperti yang terpantau pada natrium
klorida dan
garam-garam ionik lainnya. Namun, banyak pula unsur yang menunjukkan perilaku
valensi berganda, atau kecenderungan membagi elektron dengan jumlah yang
berbeda pada senyawa yang berbeda. Sehingga, ikatan kimia antara unsur-unsur ini cenderung
berupa pembagian elektron daripada transfer elektron. Contohnya meliputi unsur
karbon dalam senyawa
organik.[82]
Unsur-unsur
kimia sering
ditampilkan dalam tabel periodik yang menampilkan sifat-sifat kimia suatu unsur yang
berpola. Unsur-unsur dengan jumlah elektron valensi yang sama dikelompokkan
secara vertikel (disebut golongan). Unsur-unsur pada bagian terkanan tabel
memiliki kelopak terluarnya terisi penuh, menyebabkan unsur-unsur tersebut
cenderung bersifat inert (gas mulia).[83][84]
Keadaan
Sejumlah atom ditemukan dalam
keadaan materi yang berbeda-beda tergantung pada kondisi fisik benda, yakni suhu dan tekanan. Dengan mengubah kondisi tersebut,
materi dapat berubah-ubah menjadi bentuk padat, cair, gas, dan plasma.[85]
Dalam tiap-tiap keadaan tersebut pula materi dapat memiliki berbagai fase.
Sebagai contohnya pada karbon padat, ia dapat berupa grafit maupun intan.[86]
Pada suhu mendekati nol mutlak, atom dapat membentuk kondensat Bose-Einstein, di mana efek-efek mekanika kuantum yang biasanya hanya
terpantau pada skala atom terpantau secara makroskopis.[87][88] Kumpulan atom-atom yang dilewat-dinginkan
ini berperilaku seperti satu atom super.[89]
Identifikasi
Mikroskop penerowongan payaran (scanning tunneling microscope)
adalah suatu mikroskop yang digunakan untuk melihat permukaan suatu benda pada
tingkat atom. Alat ini menggunakan fenomena penerowongan kuantum yang mengijinkan partikel-partikel menembus sawar yang
biasanya tidak dapat dilewati.
Sebuah atom dapat diionisasi dengan melepaskan satu elektronnya. Muatan yang
ada menyebabkan trayektori atom
melengkung ketika ia melalui sebuah medan magnet. Jari-jari trayektori ion tersebut
ditentukan oleh massa atom. Spektrometer massa menggunakan prinsip ini untuk menghitung rasio massa
terhadap muatan ion. Apabila sampel tersebut mengandung sejumlah isotop,
spektrometer massa dapat menentukan proporsi tiap-tiap isotop dengan mengukur
intensitas berkas ion yang berbeda. Teknik untuk menguapkan atom meliputi spektroskopi
emisi atomik plasma gandeng induktif (inductively coupled plasma atomic emission spectroscopy)
dan spektrometri
massa plasma gandeng induktif (inductively coupled plasma mass spectrometry),
keduanya menggunakan plasma untuk menguapkan sampel analisis.[90]
Spektrum keadaan tereksitasi dapat digunakan untuk menganalisa
komposisi atom bintang
yang jauh. Panjang gelombang cahaya tertentu yang dipancarkan oleh bintang
dapat dipisahkan dan dicocokkan dengan transisi terkuantisasi atom gas bebas.
Warna bintang kemudian dapat direplikasi menggunakan lampu
lucutan gas
yang mengandung unsur yang sama.[92] Helium pada Matahari ditemukan dengan menggunakan cara ini 23
tahun sebelum ia ditemukan di Bumi.[93]
Asal
usul dan kondisi sekarang
Atom menduduki sekitar 4% densitas
energi total yang ada dalam alam semesta terpantau, dengan densitas
rata-rata sekitar 0,25 atom/m3.[94] Dalam galaksi Bima Sakti, atom memiliki konsentrasi yang
lebih tinggi, dengan densitas materi dalam medium antarbintang berkisar antara 105 sampai dengan 109
atom/m3.[95] Matahari sendiri dipercayai berada
dalam Gelembung
Lokal, yaitu
suatu daerah yang mengandung banyak gas ion, sehingga densitas di sekelilingnya
adalah sekitar 103 atom/m3.[96] Bintang membentuk awan-awan padat
dalam medium antarbintang, dan proses evolusioner bintang akan menyebabkan
peningkatan kandungan unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium dalam
medium antarbintang. Sampai dengan 95% atom Bima Sakti terkonsentrasi dalam
bintang-bintang, dan massa total atom ini membentuk sekitar 10% massa galaksi.[97] Massa sisanya adalah materi gelap yang tidak diketahui dengan jelas.[98]
Nukleosintesis
Proton dan elektron yang stabil
muncul satu detik setelah kejadian Dentuman
Besar. Dalam
masa waktu tiga menit sesudahnya, nukleosintesis Dentuman Besar kebanyakan menghasilkan helium, litium, dan deuterium, dan mungkin juga beberapa berilium dan boron.[99][100][101] Atom pertama (dengan elektron yang
terikat dengannya) secara teoritis tercipta 380.000 tahun sesudah Dentuman
Besar, yaitu ketika alam semesta yang mengembang cukup dingin untuk mengijinkan
elektron-elektron terikat pada inti atom.[102] Sejak saat itulah, inti atom mulai
bergabung dalam bintang-bintang
melalui proses fusi nuklir dan menghasilkan unsur-unsur yang lebih berat sampai dengan
besi.[103]
Isotop seperti litium-6 dihasilkan
di ruang angkasa melalui spalasi sinar kosmis.[104]
Hal ini terjadi ketika sebuah proton berenergi tinggi menumbuk inti atom,
menyebabkan sejumlah besar nukleon berhamburan. Unsur yang lebih berat daripada
besi dihasilkan di supernova
melalui proses r dan di bintang-bintang AGB melalui proses s. Kedua-duanya melibatkan
penangkapan neutron oleh inti atom.[105]
Unsur-unsur seperti timbal kebanyakan dibentuk melalui
peluruhan radioaktif unsur-unsur lain yang lebih berat.[106]
Terdapat sekelumit atom di Bumi yang
pada awal pembentukannya tidak ada dan juga bukan merupakan akibat dari
peluruhan radioaktif. Karbon-14 secara berkesinambungan dihasilkan
oleh sinar kosmik di atmosfer.[110]
Beberapa atom di Bumi secara buatan dihasilkan oleh reaktor ataupun senjata
nuklir.[111][112] Dari semua Unsur-unsur transuranium yang bernomor atom lebih besar daripada 92, hanya plutonium dan neptunium sajalah yang terdapat di Bumi
secara alami.[113][114] Unsur-unsur transuranium memiliki
waktu paruh radioaktif yang lebih pendek daripada umur Bumi[115], sehingga unsur-unsur ini telah
lama meluruh. Pengecualian terdapat pada plutonium-244 yang kemungkinan tersimpan dalam
debu kosmik.[107] Kandungan alami plutonium dan
neptunium dihasilkan dari penangkapan neutron dalam bijih uranium.[116]
Bumi mengandung sekitar
1,33 × 1050 atom.[117] Pada atmosfer planet, terdapat
sejumlah kecil atom gas mulia
seperti argon dan neon. Sisa 99% atom pada atmosfer bumi terikat dalam bentuk
molekul, misalnya karbon
dioksida, oksigen diatomik, dan nitrogen diatomik. Pada permukaan Bumi,
atom-atom saling berikatan membentuk berbagai macam senyawa, meliputi air, garam, silikat, dan oksida. Atom juga dapat bergabung membentuk bahan-bahan yang tidak
terdiri dari molekul, contohnya kristal dan logam padat ataupun cair.[118][119]
Bentuk
teoritis dan bentuk langka
Manakala isotop dengan nomor atom
yang lebih tinggi daripada timbal (62) bersifat radioaktif, terdapat suatu "pulau
stabilitas"
yang diajukan untuk beberapa unsur dengan nomor atom di atas 103. Unsur-unsur
super berat ini kemungkinan memiliki inti yang secara relatif stabil terhadap
peluruhan radioaktif.[120]
Atom super berat yang stabil ini kemungkinan besar adalah unbiheksium, dengan 126 proton 184 neutron.[121]
Tiap-tiap partikel materi memiliki
partikel antimaterinya masing-masing dengan muatan listrik
yang berlawanan. Sehingga, positron adalah antielektron yang bermuatan
positif, dan antiproton adalah proton yang bermuatan negatif, Ketika materi dan
antimateri bertemu, keduanya akan saling memusnahkan. Terdapat
ketidakseimbangan antara jumlah partikel materi dan antimateri.
Ketidakseimbangan ini masih belum dipahami secara menyeluruh, walaupun terdapat
teori bariogenesis yang memberikan penjelasan yang
memungkinkan. Antimateri tidak pernah ditemukan secara alami.[122][123] Namun, pada tahun 1996, antihidrogen berhasil disintesis di laboratorium
CERN di Jenewa.[124][125]
Terdapat pula atom-atom langka
lainnya yang dibuat dengan menggantikan satu proton, neutron, ataupun elektron
dengan partikel lain yang bermuatan sama. Sebagai contoh, elektron dapat
digantikan dengan muon yang lebih berat, membentuk atom muon. Jenis atom ini dapat digunakan
untuk menguji prediksi fisika.[126][127][128]
Dalam fisika
nuklir, sebuah reaksi
nuklir adalah sebuah proses di mana dua nuklei atau partikel nuklir bertubrukan, untuk memproduksi hasil yang berbeda dari
produk awal. Pada prinsipnya sebuah reaksi dapat melibatkan lebih dari dua
partikel yang bertubrukan, tetapi kejadian tersebut sangat jarang. Bila
partikel-partikel tersebut bertabrakan dan berpisah tanpa berubah (kecuali
mungkin dalam level energi), proses ini disebut tabrakan dan bukan sebuah reaksi.
Dikenal dua reaksi nuklir, yaitu
reaksi fusi nuklir dan reaksi fisi nuklir. Reaksi fusi nuklir adalah reaksi
peleburan dua atau lebih inti atom menjadi atom baru dan menghasilkan energi,
juga dikenal sebagai reaksi yang bersih. Reaksi fisi nuklir adalah reaksi
pembelahan inti atom akibat tubrukan inti atom lainnya, dan menghasilkan energi
dan atom baru yang bermassa lebih kecil, serta radiasi elektromagnetik. Reaksi
fusi juga menghasilkan radiasi sinar alfa, beta dan gamma yang sagat berbahaya
bagi manusia.
Contoh reaksi fusi nuklir adalah
reaksi yang terjadi di hampir semua inti bintang di alam semesta. Senjata bom
hidrogen juga memanfaatkan prinsip reaksi fusi tak terkendali. Contoh reaksi
fisi adalah ledakan senjata nuklir dan pembangkit listrik tenaga nuklir.
Unsur yang sering digunakan dalam
reaksi fisi nuklir adalah Plutonium dan Uranium (terutama Plutonium-239,
Uranium-235), sedangkan dalam reaksi fusi nuklir adalah Lithium dan Hidrogen (terutama Lithium-6, Deuterium,
Tritium).
Representasi
Persamaan reaksi nuklir ditulis
serupa seperti persamaan dalam reaksi kimia. Setiap isotop ditulis dalam bentuk: simbol kimianya dan nomor massa. Partikel neutron dan elektron, masing-masing ditulis dalam simbol
n dan e. Partikel proton atau protium (sebagai inti atom hidrogen)
ditulis dalam simbol p. Partikel deuterium dan tritium, masing-masing ditulis dalam simbol
D dan T.
Contohnya:
Lithium-6 + Deuterium -> Helium-4 + Helium-4
6Li +
D -> 4He + 4He
6Li +
D -> 2 4He
Jadi, bisa juga ditulis:
6Li +
D -> α
+ α
atau:
6Li(D,α)α (bentuk yang dipadatkan)
Energi
Untuk menghitung energi yang
dihasilkan, perubahan massa isotop sebelum dan sesudah reaksi nuklir
diperhitungkan. Jumlah massa yang hilang, dikalikan dengan kuadrat kecepatan
cahaya; hasilnya sama dengan energi yang dilepaskan dalam reaksi itu.
massa isotop Lithium-6 : 6,015122795
massa isotop Deuterium : 2,0141017778
massa isotop Helium-4 :
4,00260325415
Lithium-6 + Deuterium
-> Helium-4 +
Helium-4
6,015122795 + 2,0141017778 -> 4,00260325415 +
4,00260325415
8,0292245728 -> 8,0052065083
Massa yang hilang: 8,0292245728 - 8,0052065083
= 0,0240180645 u (0,3%)
(dibulatkan)
E = mc2
= 1,660538782×10−27
kg x (299.792.458 m/s)2
=
149241782981582746,248171448×10−27 Kg m2/s2
= 149241782981582746,248171448×10−27
J
=
931494003,23310656815183435498209 ev
= 931,49 Mev (dibulatkan)
Jadi, massa 1u = 931,49 Mev
E = mc2 =
1 Kg x c2
= 1 kg x (299.792.458 m/s)2
= 89875517873681764 Kg m2/s2
= 89,875 PJ (dibulatkan)
Jadi, massa 1 Kg = 89,875 PJ
Jadi energi yang dapat dihasilkan = 89,875 PJ/kg
= 21,48 Mt TNT/kg
=149,3 pJ/u
= 931,49 MeV/u
E = 0,0240180645 u x
931,49 MeV
E = 22,372586901105 MeV (dengan keakuratan 1%)
E = 22,4 Mev (dibulatkan)
Jadi, persamaan reaksinya:
6Li + D -> 4He
(11.2 MeV) + 4He (11.2 MeV)
6Li + D -> 2 4He + 22,4
MeV
massanya hilang sebanyak 0,3 %
(dibulatkan dari 0,2991330517938 %)
0,3 % x
21,48 Mt TNT/kg
= 64 Kt/kg
(dibulatkan)
jadi, Jumlah energi yang bisa dihasilkan
(dengan 100 % efisien )
melalui reaksi fusi nuklir berbahan materi:
Lithium-6 + Deuterium = 64 Kt/kg
(dibulatkan)
Rata-rata
kandungan energi nuklir
Berikut adalah jumlah energi nuklir
yang bisa dihasilkan per kg materi:
Fisi
nuklir:
Uranium-235: 17,6 Kt/kg = 17600 Ton TNT/kg
Plutonium-239: 17,3 Kt/kg =
17300 Ton TNT/kg
Fusi
nuklir:
Deuterium + Deuterium: 82,2 Kt/kg =
82200 Ton TNT/kg
Tritium
+ Deuterium: 80,4 Kt/kg = 80400 Ton TNT/kg
Lithium-6 + Deuterium: 64,0 Kt/kg
= 64000 Ton TNT/kg