Rabu, 12 Desember 2012

Resensi Novel Daun Jatuh Tak Pernah Membenci Angin


Resensi Novel
 Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

A.    Unsur – unsur  resensi
1)      Identitas Buku
Judul                           : daun yang jatuh tak pernah membenci angin
                         Penerbit                      : PT gramedia pustaka utama
Terbit                           :  November 2011
Jumlah halaman           : 256 halaman
 Warna sampul            : ungu
Ukuran sampul            : 13.5 x 20 cm
 Harga novel                : Rp.45.000
Jumlah cetakan            : 264
 Kota terbit                  : jl. Palmerah barat 29-37 Blok 1Jakarta
ISBN                           : 978-979-22-5780-9
No Produk                  : 40101100021

2)      latar belakang pengarang
 Nama                          : tere-liye
 Pendidikan                 : SMAN 1 jakarta
 Ttl                               : 15-juni-1992
 Prestasi                       :           juara 1 lomba membaca puisi
                                                Juara 1 lomba membuat novel
Karya                          : novel daun yang jatuh tak pernah membenci angin

3)      Sinopsis
Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik.

Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.

Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua.

Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah... Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun... daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya.
4)      Unsur intriksik

1.      Tema     : Cinta yang di rahasiakan dan menyakitkan
2.      Gaya Bahasa:
a)      Hiperbola  : Demi membaca e-mail berdarah-darah itu, esoknya aku memutuskan pulang segera ke Jakarta (Hal. 230)
b)      Metafora   : Bagian tajamnya menghadap ke atas begitu saja, dan tanpa ampun menghunjam kakiku yang sehelai pun tak beralas saat melewatinya. (Hal. 22)
c)      Personifikasi          : Menuju tempat rumah kardus kami dulu berdiri kokoh dihajar hujan deras, ditimpa terik matahari. (Hal. 231)
d)     Personifikasi          : Hujan deras turun membungkus kota ini (Hal. 13)
3.      Sudut Pandang : Orang pertama pelaku utama
4.      Tokoh dan Penokohan:
Tania:
            Tekun (Mendapat beasiswa sekolah di Singapura)
            Ramah (Disukai banyak orang)
            Konsisten (Hanya mencintai Danar, walaupun banyak lelaki yang mencintainya)
            Pantang menyerah (Menjalani
Dede:
            Suka iseng
            Pandai menyimpan rahasia (Menyimpan rahasia Perasaan Tania dan Danar)
            Sifat polos yang kental
Ibu:
            Tekun dan tidak mengandalkan orang lain (Rajin berjualan kue, demi membiayai anak-anaknya sekolah, walaupun sudah dibantu oleh Danar)
            Sabar (Sabar menghadapi hidupnya dan keluarganya yang miskin)
Danar :
            Ringan tangan, suka menolong (Menolong Tania yang kakinya tertusuk paku, ketika di bis)
            Pemendam rasa (Memendam perasaan cintanya kepada Tania, dan mengorbankan perasaannya untuk Ratna)
            Bertanggung jawab (Mengurusi Tania dan Dede, setelah Ibu meninggal)
            Tidak jujur atas apa yang di rasakan dalam hatinya
Ratna:
            Tidak suka berprasangka buruk (Ketika Danar jarang pulang, Ratna tidak berprasangka buruk bahwa Danar selingkuh) dan (Tidak berprasangka buruk terhadap Tania dan Danar)
            Tidak cemburuan (Tidak cemburu terhadap Tania dan Dede, yang selalu dekat dengan Danar)
            Sabar (Sabar menunggu Danar yang jarang pulang ke rumah, setelah mereka menikah)
5.   Sudut Pandang    : Orang pertama pelaku utama
6.   Alur                      :Pada awal cerita mundur dan pada akhir cerita campuran
7.   Latar                    :
Tempat            : Rumah Tania, Toko Buku, Asrama Tania di Singapura
Waktu             : Pagi, siang, sore dan malam
Suasana           : Hening, sedih, duka, tegang, senang, rindu
8.      Amanat             :
Ceritakanlah apa yang dirasakan hati kita walau susah dalam kenyataannya ,berusahalah meyakinkan diri bahwa dengan menceritakan apa yang kita rasakan kaan melegakan dan menentramkan hati kita sendiri dengan tidak memendam perasaan.
 9.       Plot                  :
Perkenalan:
 Ketika Danar menolong Tania yang tertusuk paku. Lalu Danar mengenal Tania dan Dede, adik Tania, lebih dalam, hingga Danar sering mengunjungi rumah Tania. Danar juga banyak membantu perekonomian keluarga Tania, hingga akhirnya Tania dan Dede bisa bersekolah. Tania juga mendapatkan beasiswa ke Singapura.
Pertikaian:
Ketika Danar hendak menikah dengan Ratna,pacarnya, Tania tidak mau datang ke pernikahan Danar dan Ratna. Selama beberapa tahun Tania dan Danar tidak berkomunikasi.
 Klimaks:
Ketika Danar dan Tania bertemu di daerah rumah kardus Tania, ketika Tania miskin. Di situ, mereka mengutarakan perasaan mereka yang sebenarnya.
 Antiklimaks:
 Ketika Danar dan Tania mengetahui bahwa Ratna sudah hamil 4 bulan, dan pada akhirnya Tania menerima keadaan tersebut, dan dia tidak akan kembali ke Indonesia dan tetap berada di Singapura, agar perasaannya tidak kembali seperti kejadian ketika di Indonesia.
5)      Unsur Ekstrinsik

Nilai Sosial :
Menolong orang dengan tidak memandang siapa yang di tolong karena menolong dengan ikhlas seperti dalam novel tokoh Danar yang menolong Tania dengan tidak memandang siapa Tania.

Nilai Moral :
Memberi pengetahuan kepada kita bahwa sesuatu yang terlihat sulit nyatanya tidak sesulit yang kita lihat jika kita ingin bersungguh sungguh mencapainya seperti dalam novel tokoh Tania yang pantang menyerah menjalani hidupnya walau banyak rintangan yang menghalanginya.
Memegang janji
‘Aku menyeka sudut mataku yang berair. Tidak. Aku sudah berjanji kepada Ibu untuk tidak pernah menangis. Apalagi menangis hanya karena mengingat semua kenangan buruk itu.’ (Hal. 31)

6)      Kesimpulan
Pelajaran penting yang saya dapat dalam buku ini, bahwa hidup itu sebenarnya simpel. Semua ada masanya, dan masa itu yang akan mengantarkan setiap nasib menuju kenyataan, entah baik maupun buruk. Entah nantinya nasib itu akan membuat kita suka maupun duka, berikut manis-pahitnya.
Yang jelas, dari perjalanan hidup yang kita rengkuh, selalu diajarkan untuk terus menyalakan lilin, bukan mengutuki hidup dalam kegelapan. Bukan menyalahkan angin yang merenggut daun berguguran, tetapi sikap menerima. Bahwa daun yang jatuh meski akan terurai, suatu saat jika tiba masanya akan melahirkan daun-daun baru yang jauh lebih segar. Daun yang jatuh akan terbang bersama tingginya masa depan, akan lahir harapan yang menjanjikan masa depan cerah.
Buku ini menurut saya bercerita tentang perasaan yang tak sempat tersampaikan. Rasa yang sudah tertanam bertahun-tahun, tapi hanya terpendam dan terus didiamkan. Berarti, setiap orang dalam hidupnya berhak untuk mencintai dan dicintai. Dan perlu keberanian untuk mengungkapkan isi hati itu, entah apapun hasilnya.
B.     Resensi novel
1)      Identitas Buku
Judul                           : daun yang jatuh tak pernah membenci angin
                         Penerbit                      : PT gramedia pustaka utama
Terbit                           :  November 2011
Jumlah halaman           : 256 halaman
 Warna sampul            : ungu
Ukuran sampul            : 13.5 x 20 cm
 Harga novel                : Rp.45.000
Jumlah cetakan            : 264
 Kota terbit                  : jl. Palmerah barat 29-37 Blok 1Jakarta
ISBN                           : 978-979-22-5780-9
No Produk                  : 40101100021

2)      latar belakang pengarang
Nama                           : tere-liye
 Pendidikan                 : SMAN 1 jakarta
 Ttl                               : 15-juni-1992
 Prestasi                       :           juara 1 lomba membaca puisi
                                                Juara 1 lomba membuat novel
Karya  : novel daun yang jatuh tak pernah membenci angin

3)      Resensi novel

No
              bentuk
kelebihan
1
Gaya bahasa
Gaya bahasanya bagus dan sangat mudah dipahami.
Bahasanya yang indah untuk didengar dan sangat puitis sehingga si pembaca sangat nyaman dan senang dalam membaca novel tersebut termasuk saya 
2
Sistematika penyaji
sistematikanya bagus sehingga sesuai dengan bunyi bahasa yang disajikan
3
Penilaian sampul
Sampulnya bagus dengan motif yang terlihat lebih menarik
4
Isi/cara menyelesaikan konflik
Cara penyelesaian konflik lebih riil
Sehingga si pembaca bisa puas dalam memahami novel tersebut dan tidak bosan untuk dibaca
5
Cara mengakhiri
Cara mengakhiri cerita tersebut baik
Bisa dicerna lebih bagus  sehingga si pembaca lebih puas dalam membaca novel tersebut
6
Kehadiran tokoh
Tokoh-okoh yang ada sangat bagus dalam memerankan cerita tersebut dan bisa dibayangkan bahwa tokoh-tokoh tersebut benar-benar mempunyai jiwa acting yang bagus
           
No
                      Bentuk
                    Kekurangan 
1
alur
Kurang jelas dalam perjalanan cerita tersebut sehingga si pembaca masih penasaran dengan cerita yang lebih jelasnya
2
Happy/sad
Sebenarnya sudah bagus karena awalnya happy tetapi berakhir dalam larut kesedihan terus menerus
3
eyd
 Pada halaman 19 paragraph pertama baris ke 2 seharunya kata ‘itu’ tidak miring
 Pada halaman 59 paragraph 6 seharusnya tidak terlalu banyak menggunakan titik
 Pada halaman 233 paragraph ke 4 baris ke 2 kata memesona itu seharunya mempesona
 Pada halaman 249 paragraph 3 baris ke 3 kata dedetakmengerti seharusnya pakai spasi seperti ini dede tak mengerti