Jumat, 06 April 2012

INFLASI DAN INDEKS HARGA


 INFLASI DAN INDEKS HARGA

a)      Pengertian dan jenis-jenis inflasi
            Inflasi adalah suatu keadaan perekonomian dimana harga-harga secara umum mengalami kenaikan. Inflasi secara umum terjadi karena jumlah uang yang beredar lebih banyak daripada yang diperlukan.
            Jenis-jenis inflasi:
1.      Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya
a.       Inflasi ringan
Adalah inflasi yang masih belum begitu mengganggu keadaan ekonomi dan masih mudah dikendalikan. Inflasi ringan berada dibawah 10% per tahun.
b.      Inflasi sedang
Inflasi ini belum membahayakan kegiatan ekonomi, tetapi inflasi ini sudah menurunkan kesejahteraan orang-orang berpenghasilan tetap. Inflasi sedang berkisar antara 10%-30% per tahun.
c.       Inflasi berat
Inflasi ini sudah mengacaukan kondisi perekonomian. Inflasi berat berkisar antara 30%-100% per tahun.
d.      Inflasi sangat berat
Inflasi ini sudah mengacaukan kondisi perekonomian dan susah dikendalikan walaupun dengan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Inflasi sangat berat berada di atas 100% per tahun.
2.      Jenis Inflasi Berdasarkan Sumbernya
a.       Inflasi yang bersumber dari luar negeri
Inflasi ini terjadi karena ada kenaikan harga di luar negeri. Jika suatu negara mengimpor barang dari negara yang mengalami inflasi, maka otomatis kenaikan harga tersebut (inflasi) akan mempengaruhi harga-harga dalam negerinya sehingga menimbulkan inflasi.
b.      Inflasi yang bersumber dari dalam negeri
Inflasi ini dapat terjadi karena pencetakan uang baru oleh pemerintah atau penerapan anggaran defisit. Dapat juga terjadi karena kegagalan panen, akan menyebabkan penawaran suatu jenis barang berkurang sedangkan permintaan tetap sehingga harga-harga akan naik.
3.      Jenis Inflasi Berdasarkan Penyebabnya
a.       Inflasi karena kenaikan permintaan (Demand-Pull Inflation)
Jenis inflasi ini disebabkan karena adanya peningkatan jumlah permintaan efektif baik dari masyarakat maupun pemerintah. Misalkan, dari sisi masyarakat karena permintaan akan barang/jasa yang terlalu besar tidak bisa diikuti oleh kapasitas produksi sehingga keseimbangan antara permintaan dan penawaran akan terganggu yang berakibat harga-harga akan naik. Dan dilihat dari sisi pemerintah yang juga sebagai pelaku ekonomi bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang baru atau bertambahnya investasi swasta karena memperoleh kredit murah dari bank. Hal ini juga akan menyebabkan peningkatan permintaan tanpa diimbangi dengan peningkatan penawaran sehingga mendorong harga-harga naik. Untuk memahami tentang Demand-Pull Inflation ini perhatikan gambar:

b.      Inflasi karena kenaikan biaya produksi (Cost-Push Inflation)
            Merupakan jenis inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya produksi. Ada beberapa hal yang menyebabkan biaya produksi naik yang akhirnya menimbulkan inflasi, hal tersebut antara lain :
a) Kenaikan Biaya bahan Baku (Price Push Inflation)
Inflasi ini secara umum disebabkan karena adanya kenaikan harga bahan baku produksi. Misalkan, kenaikan harga BBM akan berakibat pada kenaikan biaya transport untuk hampir semua jenis barang, sehingga harga jualnya juga mengalami kenaikan.
b) Adanya Kenaikan Gaji/upah (Wages Cost Push Inflation)
Kenaikan upah buruh yang terjadi karena adanya tuntutan dari kaum buruh (serikat pekerja) akan menyebabkan biaya produksi menjadi naik, untuk menutupi kerugian ini maka perusahaan akan meningkatkan harga jual produknya.
Untuk memahami tentang Cost-Push Inflation ini perhatikan gambar:

                                                           
c.       Inflasi karena jumlah uang yang beredar bertambah
Teori ini diajukan oleh kaum klasik yang mengatakan bahwa ada hubungan antara jumlah uang yang beredar dan harga-harga. Penambahan jumlah uang yang beredar dapat terjadi jika pemerintah memakai sistem anggaran defisit. Kekurangan anggaran ditutup dengan mencetak uang baru yang mengakibatkan harga-harga naik.

b)      Penyebab Inflasi
Secara umum ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi, antara lain :
a.       Jumlah uang yang beredar di masyarakat tidak seimbang dengan jumlah peredaran barang (jumlah uang lebih banyak dari pada jumlah barang).
b.      Adanya pencetakan uang baru oleh pemerintah sehingga menambah jumlah uang beredar. Hal ini biasanya dilakukan pemerintah untuk menutupi defisit anggaran.
c.       Adanya desakan dari golongan tertentu untuk memperoleh kredit murah sehingga akan mendorong peningkatan jumlah uang beredar dan kestabilan harga tidak terjamin.
d.      Adanya fluktuasi dari sektor luar negeri (ekspor/impor), investasi, tabungan, penerimaan dan penerimaan negara.
     Dari keempat faktor di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa permintaan masyarakat (effective demand) merupakan inti penentu dari kestabilan kehidupan ekonomi. Para pelaku ekonomi baik produsen, konsumen, pemerintah dan luar negeri secara bersama-sama membeli lebih banyak barang dari kapasitas produksi yang dihasilkan. Hal ini akan menyebabkan ketegangan-ketegangan di pasar, produksi tidak dapat dinaikkan karena kapasitasnya terbatas, sementara permintaan dari para pelaku ekonomi terus bertambah, akibatnya timbullah inflasi.

c)      Teori Inflasi
1.      Teori Kuantitas
Kaum klasik berpendapat bahwa tingkat harga ditentukan oleh jumlah uang yang beredar. Harga akan naik jika ada penambahan uang yang beredar. Jika jumlah barang yang ditawarkan tetap sedangkan jumlah uang ditambah menjadi dua kali lipat, maka cepat atau lambat harga akan naik menjadi dua kali lipat.
2.      Teori Keynes
Keynes melihat bahwa inflasi terjadi karena nafsu berlebihan dari suatu golongan masyarakat yang ingin memanfaatkan lebih banyak jasa yang tersedia. Karena keinginan memenuhi kebutuhan secara berlebihan, permintaan bertambah, sedangkan penawaran tetap yang terjadi adalah harga akan naik.
3.      Teori Struktural
Teori ini menyorot penyebab inflasi dari segi struktural ekonomi yang kaku. Produsen tidak dapat mengantisipasi dengan cepat kenaikan permintaan yang disebabkan oleh pertambahan penduduk.

d)     Pengertian dan perhitungan indeks harga
Indeks harga adalah perbandingan antara harga rata-rata pada tahun yang dihitung dan harga rata-rata pada tahun dasar. Tahun dasar yang digunakan adalah tahun yang dibuat sebagai patokan perhitungan.
Jenis-jenis indeks harga:
a.       Indeks harga konsumen
Adalah suatu ukuran statistik yang dapat menunjukkan perubahan-perubahan pada harga komoditas dan jumlah barang yang dibeli konsumen dari waktu ke waktu. Waktu dasar yang dipergunakan adalah tahun di mana ekonomi dianggap dalam keadaan stabil. Indeks harga konsumen diambil dari data  empat kelompok, yaitu kelompok makanan, perumahan, aneka barang dan jasa. Persentase perubahan harga konsumen akan menghasilkan angka inflasi.
b.      Indeks harga perdagangan besar/indeks harga produsen
Jika IHK melihat inflasi dari segi konsumen, maka indeks harga perdagangan besar (IHPB) melihat inflasi dari segi produsen. Indeks harga konsumen ditetapkan dalam satuan kecil sedangkan indeks harga produsen ditetapkan dalam ukuran kuantitas borongan.
Besar kecilnya indeks harga besar dipengaruhi oleh:
a) Kenaikan biaya produksi
b) Kebijakan perdagangan pemerintah
c) Kebijakan dalam bidang moneter
d) Perubahan nilai uang
c. Indeks harga yang diterima dan dibayar petani
Indeks harga yang diterima petani adalah indeks harga yang berhubungan dengan penetapan harga dasar untuk barang-barang hasil pertanian. Sedangkan indeks harga yang dibayar petani berhubungan dengan penetapan harga kebutuhan pertanian misalnya pupuk, benih, dan obat pembasmi hama. Angka indeks ini dapat dijadikan ukuran yang menunjukkan besarnya perubahan pada harga-harga produk yang dijual petani dan produk yang dibeli petani.
Faktor yang mempengaruhi angka indeks yang diterima petani:
a) Harga pembelian obat-obatan yang diperlukan petani
b) Jumlah hasil produksi
c) Musim
Faktor ang mempengaruhi angka indeks yang dibeli petani
a) Kebijakan pemerintah
b) Politik dagang
c) Nilai uang
Metode menentukan indeks harga:
1.      Metode Agregatif Sederhana
Dalam metode agregatif sederhana, semua barang dianggap sama dan dijumlahkan secara agregatif (keseluruhan) baik untuk tahun dasar maupun tahun yang akan dihitung angka indeksnya.
Rumus menghitung indeks harga:
 
Keterangan:IHn  = Indeks Harga Tahun n (tahun yang dihitung)
                           = Jumlah harga-harga tahun n (tahun yang dihitung)
                           = Jumlah harga-harga tahun dasar
                                                                                        
Contoh: Harga enam macam barang tahun 2004,2005, dan 2006

Bahan Makanan
Harga (Rp) pada Tahun
2004
2005
2006
Beras
Bawang putih
Minyak goreng
Gula pasir
Cabai merah
Telur
3.000
9.000
4.500
5.300
12.000
6.900
3.500
10.000
4.800
5.600
15.000
7.200
4.000
12.000
5.000
6.000
20.000
7.500
Jumlah
40.700
46.100
54.500
Jika tahun 2004 sebagai tahun dasar, indeks harga tahun 2005 dan 2006 dihitung sebagai berikut:

Angka indeks tersebut dapat diartikan bahwa pada tahun 2005, harga enam macam barang mengalami kenaikan sebesar 13,27 dibanding tahun 2004.
2.      Metode Agregatif Tertimbang
Berbeda dengan indeks harga tertimbang, indeks harga agregatif tertimbang menggunakan timbangan dalam perhitungannya.
Ada tiga macam metode dalam penghitungan indeks ini:
a.       Metode Laspeyres
Yaitu suatu metode penghitungan angka indeks tertimbang dengan menggunakan faktor penimbang kuantitas harga pada tahun dasar .
Rumusnya:
 
Keterangan:
= Indeks Laspeyres yang sedang dicari
= Harga-harga pada tahun tertentu
= Harga-harga pada tahun dasar
= Banyak barang pada tahun dasar

Contohnya:
Harga dan kuantitas produksi perdagangan grosir rata-rata dari suatu negara untuk susu, mentega dan gula pada tahun 1990,1991 dan 1995. Hitunglah indeks harga perdagangan grosir agregatif tertimbang dengan menggunakan indeks Laspeyres untuk tahun 1995 dengan tahun dasar a) 1990 dan b) 1990-1991!



Nama Barang
Harga
(Rp per ons)
Kuantitas Produksi
(ribuan kg)
1990
1991
1995
1990
1991
1995
Susu
13,23
13,95
12,90
128.500
132.800
143.700
Mentega
139,30
148
141,10
1.145
1.228
1.248
Gula
156,20
167,20
162
2.381
2.064
2.854

Jawab:
a)      Untuk tahun dasar 1990
         
     =
     =
     =
     =98,81
Berdasarkan analisis ini, harga rata-rata susu, mentega, dan gula menurun sekitar 1,2% di tahun 1995.

b)      Untuk tahun dasar 1990-1991 dihitung kuantitas/harga rata-rata
Jenis Barang
Harga Rata-Rata
Kuantitas Rata-rata
Susu
(13,23+13,95):2 = 13,59
(128.500+132.800):2 = 130.650
Mentega
(139,30+148):2 = 143,65
(1.145+1.228):2 = 1.186,5
Gula
(156,20+167,20):2 = 161,70
(2.381+2.064):2= 2.222,5

 
    =
    = 95,99
Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan tahun dasar 1990-1991, di tahun 1995 harga menurun sebesar 4,01%.
b.      Metode Paasche
Metode ini mengasumsikan bahwa kuantitas barang mengalami perubahan dari tahun ke tahun.
c.       Metode Marshall
Metode ini dilakukan dengan cara menggabungkan kuantitas tahun dasar dengan kuantitas tahun ke-n sebagai faktor pembanding.

Laju inflasi adalah tingkat persentase kenaikan harga dalam beberapa indeks harga dari suatu periode ke periode lainnya.
Laju inflasi dapat dicari dengan rumus:
Keterangan:
IHK     = Indeks harga periode ini
IHK-1   = Indeks harga periode sebelumnya
Jika IH tahun 2004 = 100% , IH tahun 2005 = 113,27, IH tahun 2006 = 133,90 maka:



e)      Dampak Inflasi
1.      Dampak Inflasi terhadap Pendapatan
Pihak yang dirugikan:
a.       Merugikan terhadap orang-orang yang memiliki penghasilan tetap, seperti pegawai negeri atau pensiunan pegawai negeri. Misalkan jika seorang pegawai memiliki penghasilan Rp 6.000.000,- per tahun sementara laju inflasinya per tahun 10% maka ia akan mengalami penurunan penghasilan riilnya sebesar 10% x Rp 6.000.000,- = Rp 600.000,- setahun. Artinya ia akan mengalami kerugian dari tahun sebelumnya sebesar Rp 600.000,-
b.       Merugikan orang yang menyimpan kekayaan dalam bentuk kas (uang tunai) atau mereka yang menabung uang di rumah dalam bentuk uang tunai. Jumlah uang tunai yang mereka kumpulkan sebelumnya, setelah terjadi inflasi nilai riil uang (kemampuan daya beli ) menjadi turun dalam memenuhi kebutuhan.
c.       Merugikan bagi para konsumen/pembeli, pendapatan yang mereka miliki tak mampu untuk memenuhi kebutuhan maksimal mereka seperti sebelum terjadi inflasi, karena uang yang mereka miliki nilainya merosot.
d.      Merugikan Kreditur, akibat adanya inflasi maka kemampuan dari nilai uang yang dipinjamkan untuk kegiatan usaha menjadi menurun sehingga akan menghambat proses pengembalian pinjaman oleh debitur.
e.       Merugikan investor berupa obligasi, karena adanya inflasi nominal dari obligasi yang mereka secara riil nilainya akan menjadi rendah.

Pihak yang diuntungkan:
a.       Para spekulan, petani dan pedagang, merupakan pihak yang diuntungkan, karena adanya inflasi memungkinkan mereka untuk meningkatkan nilai produksinya dengan harapan ada kenaikan harga jual maka keuntungan mereka meningkat.
b.       Debitur atau peminjam uang, dengan adanya inflasi akan meningkatkan keuntungan sehingga akan mempermudah dan mempercepat debitur dalam mengembalikan utangnya.
c.       Penyimpan kekayaan dalam bentuk emas atau barang lain, adanya inflasi maka akan membuat nilai barang atau emas yang mereka simpan nilainya menjadi naik.
d.      Investor berupa saham, saham yang ditanamkan dalam perusahaan karena adanya inflasi menyebabkan nilai jual dari produknya naik maka keuntungan akan besar, dengan demikian deviden yang diterima investor menjadi naik.
2.      Dampak Inflasi terhadap Ekspor
Pada keadaan inflasi daya saing barang ekspor berkurang. Inflasi dapat menyulitkan para eksportir dan Negara. Negara mengalami kerugian karena daya saing barang ekspor berkurang, yang mengakibatkan jumlah penjualan berkurang. Devisa yang diperoleh Negara juga semakin kecil.
3.      Dampak Inflasi terhadap Minat Orang untuk Menabung
Pada masa inflasi, pendapatan riil para penabung berkurang karena jumlah bunga yang belum diterima pada kenyataanya berkurang karena laju inflasi. Misalnya, bulan Januari tahun 2006 seseorang menyetor uangnya ke bank dalam bentuk deposito satu tahun. Deposito tersebut menghasilkan bunga sebesar, misalnya 15% per tahun. Apabila tingkat inflasi sepanjang Januari 2006-Januari 2007 cukup tinggi, katakanlah 11% maka pendapatan dari uang yang didepositokan tinggal 4%. Minat orang untuk menabung akan berkurang.
4.      Dampak Inflasi terhadap Kalkulasi Harga
Keadaan inflasi menyebabkan perhitungan untuk menetapkan harga pokok dapat terlalu kecil atau bahkan terlalu besar. Oleh karena persentase dari inflasi tidak teratur, kita dapat memastikan berapa persen inflasi untuk masa tertentu. Akibatnya, penetapan harga pokok dan harga jual sering tidak tepat. Keadaan inflasi ini dapat mengacaukan perekonomian, terutama untuk produsen.
f)       Cara Mengatasi Inflasi
1.      Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter diambil dengan maksud mengurangi jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. Bank sentral sebagai pemegang otoritas di bidang keuangan dapat mengambil beberapa kebijakan untuk menekan laju inflasi. Kebijakan tersebut, antara lain:
a.       Kebijakan penetapan persediaan kas
Bank sentral dapat mengambil kebijakan untuk mengurangi uang yang beredar dengan jalan menetapkan persediaan uang kas pada bank-bank. Dengan mengurangi jumlah uang yang beredar, inflasi dapat ditekan.
b.      Kebijakan diskonto
Untuk mengatasi inflasi bank sentral dapat menerapkan kebijakan diskonto dengan cara meningkatkan nilai suku bunga. Tujuannya adalah agar masyarakat terdorong untuk menabung. Dengan demikian, diharapkan jumlah uang yang beredar dapat berkurang sehingga tingkat inflasi dapat ditekan.
c.       Kebijakan operasi pasar terbuka
Melalui kebijakan ini, bank sentral dapat mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual surat-surat berharga. Semakin banyak jumlah surat-surat berharga yang terjual, maka jumlah uang beredar akan berkurang sehingga dapat mengurangi tingkat inflasi.

2.      Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah langkah untuk mempengaruhi penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan tersebut dapat mempengaruhi tingkat inflasi. Kebijakan tersebut antara lain :
a.       Pengaturan pengeluaran pemerintah
Pemerintah harus menjaga kestabilan anggaran, penggunaan anggaran harus sesuai dengan rencana. Jika pengeluaran melebihi batas yang telah direncanakan akan mendorong peningkatan jumlah uang beredar.
b.      Menaikkan Tarif Pajak
Pajak merupakan sumber penerimaan pemerintah yang utama. Dengan adanya kenaikan tarif pajak maka penghasilan rumah tangga akan diberikan kepada pemerintah sehingga daya beli masyarak terhadap barang dan jasa menurun selanjutnya inflasi dapat ditekan.
3.      Kebijakan Lain di Luar Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
a.       Meningkatkan produksi dan menambah jumlah barang di pasar
Untuk menambah produksi, pemerintah dapat mengeluarkan peraturan yang dapat mendorong produsen untuk menambah produksi. Hal itu dapat ditempuh, misalnya dengan memberi premi atau subsidi pada perusahaan yang dapat memenuhi target tertentu. Selain itu untuk menambah jumlah barang yang beredar, pemerintah juga dapat melonggarkan keran impor, misalnya dengan menurunkan bea masuk barang impor.
b.      Menetapkan harga maksimum untuk beberapa jenis barang
Penetapan harga tersebut akan mengendalikan harga yang ada sehingga inflasi dapat dikendalikan. Tetapi penetapan itu harus realistis, kalau penetapan tersebut tidak realistis dapat mengakibatkan pasar gelap.